Penghargaan tersebut diberikan dalam ajang DUDI Awards yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu malam.
"Salah satu ciri khas utama pendidikan vokasi adalah link and match, dan itu harus dibuktikan dengan kemitraan dengan industri, " ujar Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto.
Baca juga: Kemendikbudristek: Animo tingkatkan program D3 jadi D4 tinggi
Wikan menjelaskan mungkin saja bermitra tersebut tidak sulit, namun dalam mewujudkan kemitraan yang benar-benar selaras agak sulit.
"Kemitraan antara pendidikan vokasi dan DUDI tersebut sifatnya harus saling menguntungkan, jadi jangan sampai muncul anggapan hanya menguntungkan satu pihak, " terang dia.
Dengan kemitraan yang saling menguntungkan tersebut, perusahaan tidak akan sulit mencari sumber daya manusia yang benar-benar kompeten, memiliki kompetensi teknis dan nonteknis.
"Tentu saja akan mengurangi biaya rekrutmen, pelatihan, dan lainnya karena lulusan yang dihasilkan adalah produk bersama," ucapnya.
Pemberian penghargaan tersebut dimulai dari tahapan pengusulan dari lembaga-lembaga vokasi, seperti SMK, lembaga kursus dan pelatihan, serta perguruan tinggi vokasi.
Dari 360 perusahaan yang diusulkan, kemudian dipilih sebanyak 40 perusahaan yang memenuhi delapan indikator link and match.
Disinggung mengenai jumlah nota kesepahaman yang sudah dilakukan antara lembaga vokasi dan industri, Wikan menyebutkan setidaknya sudah ada 219.000 nota kesepahaman dengan industri.
Baca juga: ASO diharapkan bisa buka peluang lapangan kerja untuk lulusan vokasi
Baca juga: Kemendikbudristek tunjuk lima kampus vokasi jadi penggerak ekonomi
"Namun, kita harus memastikan seberapa banyak yang benar-benar sudah link and match," ujarnya.
Dia berharap kerja sama yang dilakukan tidak hanya sebatas CSR, melainkan pada pengembangan talenta vokasi yang ada.
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021