Apakah booster ini harus menggunakan vaksin yang sama seperti sebelumnya? Dokter spesialis mikrobiologi klinik RSUI, dr. Ardiana Kusumaningrum, Sp.MK mengiyakan.
"Untuk booster masih tetap banyak penelitian dilakukan. Yang sudah dilakukan di Singapura, booster secara massal. Kalau booster menggunakan jenis vaksin yang sama. Karena antibodi yang dipicu sesuai dengan vaksin yang diberikan di awal," kata dia dalam sebuah webinar kesehatan, Kamis.
Terkait waktu pemberian vaksin booster, menurut Ardiana ini akan sangat bervariasi tergantung jenis vaksin yang digunakan. Di Singapura misalnya, booster vaksin diberikan setelah 6 bulan dosis kedua.
"Sifatnya minimal. Kalau lebih dari 6 bulan harus mulai dari yan pertama? Saat ini kebijakannya belum seperti itu. Tetap diberikan dosis berikutnya walau sudah lewat," kata Ardiana.
Ardiana mengatakan, vaksin dosis pertama memberikan kekebalan walau belum seoptimal bila seseorang mendapatkan juga vaksin dosis kedua. Booster vaksin menjadi tambahan untuk pembentukan antibodi.
Beberapa waktu lalu sempat ada pembahasan mengenai jenis vaksin yang bagus untuk melindungi tubuh dari sebagian varian COVID-19. Namun hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
"Mungkin nanti sifatnya melengkapi dosis vaksin. Tetapi saat ini belum menjadi kebijakan karena masih memerlukan data penelitian lebih lanjut," tutur Ardiana.
Dia menambahkan, vaksinasi COVID-19 dosis lengkap diharapkan bisa memberikan kekebalan jangka panjang.
Tetapi jika ternyata ada penurunan maka, booster vaksin jenis yang seperti dosis 1 dan 2 akan diberikan.
"Saat ini arahnya seperti itu. Skema pemberian booster kemungkinan akan segera kita lakukan," demikian tutur dia.
Baca juga: Pakar AS: COVID bisa jadi endemi jika semua orang divaksin 'booster'
Baca juga: Swiss sarankan vaksin "booster" COVID bagi lansia 65 tahun ke atas
Baca juga: Uni Eropa izinkan vaksin 'booster' COVID Pfizer-BioNTech
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021