Plt Kepala Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dadan M. Nurjaman mengatakan Triple Burden of Disease (tiga beban masalah gizi) menjadi salah satu penyebab tingginya angka anak lahir kerdil (stunting) di Indonesia.
“Kondisi triple burden di Indonesia, satu memang masih terdapat kekurangan gizi terutama balita. Kedua pada orang dewasa terjadi kegemukan, ada pula kekurangan gizi mikro yang menyebabkan anemia. Itu yang bisa menyebabkan stunting,” kata Dadan dalam Talkshow “Penguatan Kerja Sama BKKBN-Kemenag-BRIN dalam Pencegahan Stunting dari Hulu Bagi Calon Pengantin” yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: BKKBN sebut potensi stunting sudah bisa dideteksi lewat USG
Dadan menuturkan tiga permasalahan gizi tersebut dapat terjadi karena asupan gizi, baik gizi mikro maupun makro belum mencukupi atau seimbang dalam memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Pada kasus stunting di Indonesia, angka yang besar tersebut disebabkan oleh banyaknya jumlah ibu yang mengalami kekurangan asupan gizi mikro. Kurangnya gizi itu menyebabkan ibu mengalami anemia dan mempengaruhi kesehatan bayi dalam kandungan.
Menurutnya, masalah itu harus segera diatasi, karena bayi yang lahir pada tahun 2022 akan menjadi sumber daya produktif pada tahun 2045, dimana Indonesia akan memetik bonus demografi dalam jumlah yang sangat besar.
“Ada waktu kurang lebih 23 tahun lagi dan bayi yang lahir tahun depan akan memasuki usia produktif di tahun 2045. Jadi tidak terbayangkan kalau kasus stuntingnya tinggi,” tegas dia.
Baca juga: BKKBN perkuat kerja sama dengan Kemenag dan BRIN tuntaskan stunting
Baca juga: Ahli: Cegah stunting jangan hanya sampai 1.000 hari pertama kehidupan
Oleh sebab itu, katanya, pihaknya sedang dan akan terus melakukan riset yang dapat menghasilkan invensi maupun inovasi-inovasi baru yang nantinya dapat membantu masyarakat mendapatkan asupan gizi yang baik sekaligus sebagai cara untuk menekan angka stunting yang kini masih mencapai 27,67 persen.
“Kita sedang melakukan beberapa riset untuk menghasilkan formula produk. Bukan hanya kandungan gizi mikronya, tapi kandungan gizi makro, seperti karbohidrat, lemak dan protein, sehingga itu menjadi salah satu alternatif untuk menyesuaikan kekurangan gizinya,” kata dia.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021