Tiga pekan setelah pertama kali ditemukan, varian Omicron telah bermunculan di 77 negara.
Perkembangan itu meningkatkan kekhawatiran bahwa mutasi Omicron dalam jumlah besar akan menyebabkan varian tersebut menyebar lebih cepat serta mengikis perlindungan yang diberikan vaksin dan terapi COVID-19.
Para ilmuwan Jerman awal pekan ini menemukan bahwa terapi COVID-19 yang dikembangkan oleh Eli Lily dan Regeneron kehilangan sebagai besar efektivitasnya ketika obat itu diuji di laboratorium terhadap Omicron.
Pada November, Regeneron sendiri mengatakan bahwa hasil uji laboratorium dan pemodelan komputer menunjukkan bahwa kemanjuran obat antibodi buatannya, yang diberi nama REGEN-COV, bisa menurun terhadap Omicron.
Baca juga: Uni Eropa dukung obat COVID-19 Regeneron-Roche, Celltrion
Namun, perusahaan tersebut mengatakan bahwa kendati REGEN-COV menunjukkan potensi penurunan kemanjuran terhadap Omicron, obat tersebut masih aktif melawan Delta --varian yang saat ini paling banyak ditemukan di Amerika Serikat.
REGEN-COV saat ini sudah mendapat izin penggunaan di AS untuk mengobati orang yang terserang COVID-19 ringan hingga sedang dan untuk mencegah infeksi pada orang yang mengalami kontak dengan orang-orang yang terinfeksi.
Selain itu, obat tersebut juga diizinkan digunakan pada orang-orang berisiko tinggi terkena COVID-19 di tempat-tempat seperti panti wreda atau penjara.
Regeneron telah mengidentifikasi beberapa antibodi monoklonal 'generasi berikutnya' yang aktif terhadap kedua varian tersebut dan berharap dapat menguji klinis varian-varian itu pada kuartal pertama 2022.
Sumber: Reuters
Baca juga: Obat antibodi Regeneron beri perlindungan dari COVID-19 delapan bulan
Baca juga: Regeneron klaim terapi antibodinya menjanjikan pada pasien COVID RS
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021