"Protokol kesehatan tetap vaksinasi juga tetap harus dilakukan," kata peneliti di Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN Amin saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ia menuturkan karena gejala klinis yang ditimbulkan bersifat ringan, maka bisa saja orang yang tidak merasa sakit sebenarnya sudah terinfeksi Omicron, dan mereka berkeliaran serta bepergian di tengah masyarakat.
Baca juga: Wapres tegaskan pengetatan pintu masuk cegah Omicron
Hal itu, katanya, berarti masyarakat harus berjaga-jaga ketika keluar rumah dengan tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat.
Selain itu, siapapun tidak bisa membedakan varian virus mana yang sedang beredar di lingkungan masing-masing. Varian itu hanya bisa diketahui jika dilakukan pemeriksaan di laboratorium.
"Di luar sana kita tidak bisa bedakan virus yang sedang bersirkulasi dekat kita virus yang mana, kan tidak ketahuan, itu hanya bisa diketahui di laboratorium," ujar Amin.
Oleh karena itu, ia menekankan apapun varian dari virus penyebab COVID-19 termasuk varian Omicron, upaya yang harus dilakukan adalah sama yakni protokol kesehatan, 3T (pengujian, pelacakan kontak, dan pengobatan), dan vaksinasi COVID-19.
"Protokol kesehatan harus dilakukan secara konsisten, terus menerus, tidak boleh kendor," tuturnya.
#ingatpesanibu
#sudahvaksintetap3m
#vaksinmelindungikitasemua
Baca juga: Kasus pertama Omicron sebagai transmisi lokal
Baca juga: Satgas COVID-19 sebut kasus Omicron pertama jadi alarm kewaspadaan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021