Abdul mengatakan hal tersebut karena fase pencarian korban resmi dihentikan serta jumlah pengungsi yang semakin bertambah akibat aktivitas Gunung Semeru.
"Jadi proses ini mulai bergeser dari fokus pencarian korban ke fase awal pemulihan," ujar Abdul dalam konferensi pers secara daring diikuti dari Jakarta, Jumat.
Baca juga: Dipicu trauma tahun 1992, ini alasan banyak pengungsi di Selayar
Abdul mengatakan sejak hari kesepuluh pencarian korban dan penetapan Status Tanggap Darurat Kabupaten Lumajang mulai 4-17 Desember 2021, maka tidak ditemukan lagi jasad korban.
Dengan demikian mulai 13 Desember 2021 ditetapkan tidak ada lagi kegiatan pencarian jasad korban hilang. Namun, hingga 16 Desember 2021 jumlah pengungsi bertambah yang sudah mencapai 10.571 jiwa.
Baca juga: Masa tanggap darurat bencana Gunung Semeru diperpanjang 7 hari
"Ini yang menjadi fokus perhatian saat ini dan ke depan bahwa kita harapkan masyarakat terdampak tidak terlalu lama di tempat pengungsian," ujar Abdul.
Abdul mengatakan upaya pencarian jasad korban hilang untuk saat ini akan berjalan seiring dengan proses transisi menuju awal tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, seperti pemulihan alur sungai.
Baca juga: Mahfud memastikan relokasi bagi korban letusan Gunung Semeru
Kemudian seiring peningkatan status dari level waspada menjadi level siaga terhitung pada 16 Desember 2021 diimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak.
Selanjutnya tidak berada pada radius 5 km dari puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021
