“KAGAMA bekerja sama dengan unit DERU UGM, didukung Relawan Mahasiswa dari beragam Unit Kegiatan Kemahasiswaan, telah melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan secara cepat, dan akan terus kita usahakan yang kita bisa sesuaikan dengan kondisi di lapangan,” kata dia, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Taspen gandeng Kagama gelar vaksinasi COVID-19 bagi masyarakat
Hal itu dia katakan dalam sambutannya, sekaligus membuka acara Rapat Kerja Nasional KAGAMA pada Sabtu (18/12). Rapat kerja nasional ini diselenggarakan secara terbatas di Grha Sabha Pramana di Kampus UGM Yogyakarta, dan secara daring diikuti Pengurus Kagama dari semua tingkatan, termasuk dihadiri Pengurus Kagama Cabang Luar Negeri.
“Kami menggelar rakernas ini dalam keadaan bangsa kita masih berduka. Saudara-saudara kita di Lumajang terdampak letusan Gunung Semeru. Tercatat 46 warga meninggal dan 9.374 orang mengungsi. Gempa magnitude 7,4 di utara Flores, NTT, 346 rumah rusak dan 770 warga mengungsi,” ujar dia.
Rapat Kerja Nasional ini, kata dia, merupakan momen pulang ke Yogyakarta dan ke kampus UGM. Momen ini juga untuk menyegarkan pikiran, konsolidasi organisasi, serta menyiangi semangat berbakti melalui KAGAMA. Harapannya, menurut Ganjar, KAGAMA dapat terus bertumbuh membangun kekompakan, kesolidan, dan lebih efektif dalam berkarya.
Baca juga: KAGAMA luncurkan program telekonseling COVID-19 gratis saat isoman
Ganjar mengungkapkan rasa haru saat Komunitas Kagama Lari untuk Berbagi menyerahkan bantuan untuk korban bencana letusan Gunung Semeru sebesar Rp428 juta. Penyerahan bantuan diserahkan secara simbolis dilakukan perwakilan pelari yang telah menyelesaikan lari sejauh 72 km kepada Sekretaris Jenderal PP KAGAMA, Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana.
Dalam kesempatan itu Pranowo juga meminta warga KAGAMA untuk tetap waspada akan varian baru Covid-19 Omicron dengan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan. Ia juga meminta agar momentum pandemi ini dapat digunakan untuk menata kembali laku kehidupan.
Beberapa di antaranya adalah dengan tidak bergantung pada impor, membangun ketahanan pangan dengan diversifikasi ekonomi, serta menjaga lingkungan mewujudkan ekonomi hijau dan ekonomi biru.
Baca juga: Badan Geologi naikkan status Gunung Semeru menjadi Siaga level 3
“Jangan semuanya impor-impor, kita harus mulai percaya dengan kemampuan bangsa kita sendiri. Di bidang teknologi kesehatan dan kedokteran, dan di bidang kehidupan kita yang lain,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya ketahanan pangan. Menurut dia, pangan adalah sumber kehidupan. Maka, diversifikasi ekonomi harus dilakukan sebagai upaya untuk menghindari ketergantungan hanya pada satu sektor.
Baca juga: Apkasi serahkan santunan ke ahli waris korban letusan Semeru
“Jangan lupa menjaga lingkungan, pangan butuh air. Tidak ada pangan tanpa air, karena itu air harus kita jaga dan kita kelola,” kata dia.
“Air tidak mungkin ada tanpa hutan. Hutan harus kita jaga, jangan dirusak. Mata air kita jaga, danau kita jaga. Semuanya akan memberikan kehidupan bagi kita, memberikan manfaat, ekonomi konservasi. ekonomi hijau, dan ekonomi biru,” katanya.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021