Ketua PSHG, Diar Cahdiar, mengatakan peserta yang hadir sekitar tiga ribuan dari berbagai organisasi pecinta sepeda onthel seluruh Indonesia itu berkeliling kota melihat bangunan-bangunan tua zaman Belanda yang masih berdiri kokoh di Garut.
"Acara ini kita melakukan keliling kota untuk melihat langsung bangunan zaman dulu di Garut, salah satunya seperti Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) itu bangunan zaman dulu," kata Diar.
Acara yang digelar selama dua hari, Sabtu (21/5) dan Minggu itu, bertemakan "wara wiri Ngaboseh Sapedah di Garut", kata Diar selain berkeliling kota sambil mengendarai sepeda onthel juga digelar pameran atau kontes serta menjual sepeda onthel.
Kegiatan tersebut, kata Diar, sering digelar oleh komunitas sepeda onthel dari berbagai daerah di Indonesia dalam rangka mempererat silaturahim sesama pecinta sepeda zaman dulu.
"Termasuk kegiatan di Garut ini, untuk mempererat silaturahim, karena ini pesertanya datang dari berbagai daerah, dari Bandung, Jawa Tengah bahkan biasanya dari Malaysia juga ada," katanya.
Ia berharap digelarnya kegiatan tersebut dapat menjaga keberadaan sepeda zaman dulu tetap dapat dilestarikan sebagai bagian dari perjalanan bangsa Indonesia.
Menurut dia sepeda onthel di Indonesia terdapat berbagai jenis peninggalan negara asing, untuk pecinta sepeda zaman dulu di Garut kebanyakan peninggalan dari negara Belanda pada masa penjajahan.
"Kebanyakan Belanda, tapi sepeda peninggalan Inggris juga ada, sepeda-sepeda zaman dulu itu unik, dan banyak masyarakat yang menyukainya," katanya.
Di Kabupaten Garut, kata Diar, pecinta sepeda onthel tercatat dalam organisasi PSHG lebih dari 300 orang, belum yang tidak bergabung dalam organisasi yang diprediksi keberadaan sepeda zaman dulu mencapai ribuan sepeda.
"Ada juga pemilik sepeda onthel hanya disimpan di rumah untuk koleksi saja, atau kenangan keluarga," kata Diar yang juga ketua Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KSTI) Jabar.(*)
(U.KR-FPM/Y008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011