“Disparitas ini menyebabkan anak-anak usia enam sampai 11 tahun di luar Jawa itu mendapatkan akses yang lebih lambat dibandingkan dengan di Jawa,”
Kepala Bidang pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menyebutkan adanya jurang (gap) dalam pendistribusian vaksin COVID-19 yang terjadi pada daerah di luar pulau Jawa-Bali mempermudah varian Omicron tulari masyarakat.
“Vaksinasi untuk Jawa-Bali tidak ada masalah. Disparitas antara Jawa-Bali dengan luar Jawa Bali ini yang cukup besar,” kata Masdalina dalam Dialog Produktif Kabar Kamis yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Masdalina menuturkan meskipun cakupan vaksinasi hampir di semua wilayah Pulau Jawa-Bali sudah menyentuh 70 persen, pemerintah harus lebih mempercepat ketertinggalan besar cakupan di luar kedua pulau tersebut.
Hal itu disebabkan karena berdasarkan fenomena global, kata dia, negara maju dengan cakupan vaksinasi yang tinggi saja, masih bisa tertular Omicron hingga melaporkan kasus kematian pertama.
Percepatan itu harus disegerakan untuk dapat mencapai sasaran kelompok rentan seperti penduduk lanjut usia (lansia) lebih banyak lagi. Apalagi sekarang vaksinasi pada anak usia enam sampai 11 tahun sudah mulai diberikan sejak tanggal 14 Desember 2021 lalu.
Menurutnya, selain membuka celah bagi Omicron menyebar di dalam masyarakat, keterlambatan pendistribusian vaksin juga menyebabkan anak-anak tersebut mengalami kesulitan akses dalam mengikuti vaksinasi COVID-19.
“Disparitas ini menyebabkan anak-anak usia enam sampai 11 tahun di luar Jawa itu mendapatkan akses yang lebih lambat dibandingkan dengan di Jawa,” ucap dia.
Padahal, kata dia, risiko transmisi virus baik di Jawa maupun pulau lainnya akan tetap sama. Sehingga, tidak perlu menunggu untuk melihat seberapa besar mobilitas yang dilakukan penduduk, Omicron dapat mudah masuk akibat adanya jurang tersebut.
Oleh sebab itulah dia meminta pemerintah untuk fokus mengatasi adanya ketimpangan dalam akses vaksin di daerah luar Pulau Jawa-Bali guna mencegah varian Omicron lebih cepat menular di wilayah tersebut.
“Omicron bisa merusak suatu negara. Jadi tugas kita adalah bagaimana vaksinasi bisa kita dorong lebih cepat dan lebih banyak, sehingga target-target yang sudah ditetapkan pemerintah itu bisa dipenuhi,” tegas Masdalina.Baca juga: Epidemiolog minta karantina pelaku perjalanan luar negeri diperketat
Baca juga: Satgas: Fasilitas karantina mencukupi untuk hadapi potensi lonjakan
Baca juga: Studi: Risiko rawat inap karena Omicron lebih rendah ketimbang Delta
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021