Elang Jawa di Jatim Tinggal Dua Ekor

27 Mei 2011 19:44 WIB
Elang Jawa di Jatim Tinggal Dua Ekor
Elang Jawa (spizaetus bartelsi). (Foto ANTARA)

Memang, secara alami pertumbuhan Elang Jawa sangat lambat, dan Elang jawa dianggap dewasa ketika berumur 3-4 tahun dan hanya berkembangbiak satu atau dua tahun sekali,"

Malang (ANTARA News) - Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) di Taman Hutan Raya (Tahura) R Soerjo Jawa Timur semakin terancam punah dan jumlahnya kini diperkirakan hanya tinggal dua ekor.

Ketua ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid, di Malang, Jumat, mengatakan, berdasarkan survei terakhir yang dilakukan ProFauna Indonesia, menunjukkan bahwa populasi Elang Jawa di Tahura R Soerjo menurun drastis.

ProFauna yang merupakan sebuah organisasi bergerak di bidang pelestarian hutan dan satwa liar ini mencatat pada tahun 1997 ditemukan sedikitnya enam ekor Elang Jawa, namun saat ini tim ProFauna hanya bisa menjumpai dua ekor.

"Elang Jawa adalah satwa langka yang telah ditetapkan sebagai burung nasional pada tahun 1993, karena selain kelangkaannya, burung ini juga dianggap mirip dengan burung garuda yang menjadi lambang negara Indonesia," katanya.

Menurunnya populasi Elang Jawa, kata Rosek, akibat rusaknya habitat hutan dikarenakan faktor penggunaan pestisida secara berlebih.

"Memang, secara alami pertumbuhan Elang Jawa sangat lambat, dan Elang jawa dianggap dewasa ketika berumur 3-4 tahun dan hanya berkembangbiak satu atau dua tahun sekali," katanya.

Ia menjelaskan, Elang Jawa hanya bisa bertelur satu butir yang akan dierami selama sekitar 47 hari. Setelah anaknya lahir, selama 1,5 tahun anak Elang Jawa itu akan hidup bersama induknya.

Dengan perkembangbiakan yang sangat lambat memicu rendahnya laju pertahanan untuk hidup pada elang jawa, sehingga membuat kualitas habitat populasi Elang Jawa menyusut.

Sementara itu, dalam mata rantai makanan, Elang Jawa berposisi sebagai top predator yang memangsa burung-burung besar dan mamalia seperti Ayam Hutan, Tupai, Musang serta Kelelawar buah.

"Saat ini, banyak habitat yang menjadi mata rantai Elang Jawa rusak, sehingga membuat mangsa Elang Jawa semakin berkurang, ditambah penggunaan pestisida di lahan pertanian yang berbatasan dengan hutan juga turut mempengaruhi keberadaan Elang Jawa," katanya.

ProFauna mencatat, selain di Tahura R Soerjo ada beberapa tempat lain di Jawa Timur yang juga menjadi habitat Elang Jawa, antara lain Pulau Sempu, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Merubetiri, Taman Nasional Alas Purwa, Lebakharjo, Pegungan Hyang dan Kawah Ijen.

"Namun belum diketahui pasti status populasi terkini dari Elang Jawa di tempat-tempat tersebut, dan Elang Jawa hanya bisa hidup di hutan primer mulai dari ketinggian 0 meter hingga 3.000 meter dari permukaan laut."

Diperkirakan, populasi total Elang Jawa di alam Indonesia tidak lebih dari 400 ekor. "Satwa ini termasuk yang dilindungi, sehingga penangkapan, perdagangan maupun pemeliharaannya dilarang oleh undang-undang," katanya.(*)

(L.KR-MSW*E011)


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011