"Terjadi penurunan di konsesi sejak 2015 sampai dengan tahun ini. Tahun 2015 puncak-puncaknya, kemudian tahun 2019, dan 2020 menurun, 2021 menurun di konsesi. Kami sedang dalami terus, apakah ini karena perubahan perilaku dari konsesi," jelas Dirjen Gakkum LHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rasio dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2021, Jakarta, Senin.
Data pantauan KLHK yang menggunakan satelit Terra/Aqua pada periode 2015-2021 memperlihatkan jumlah tertinggi adalah 19.458 titik panas pada 2015 dan 4.093 titik panas pada 2019.
Baca juga: Pantau Gambut: Masih ada konsesi yang belum lakukan restorasi gambut
Kemudian terjadi penurunan dengan pantauan di lahan konsesi, pada 2020 menemukan 406 titik panas dan 296 titik panas pada 2021.
Rasio memastikan bahwa pihaknya mengawasi keberadaan titik panas termasuk yang berada di lahan konsesi. Jika terindikasi memiliki titik panas, Ditjen Gakkum akan mengirimkan surat peringatan kepada pihak konsesi.
Jika masih ditemukan indikasi titik panas di lahan konsesi tersebut, KLHK akan mengirimkan tim untuk melakukan penindakan.
"Ini juga tren yang menarik, ada penurunan sangat signifikan dari kebakaran-kebakaran terjadi di konsesi," jelasnya.
Namun, meski terjadi penurunan, dia memastikan Gakkum KLHK tetap tidak menurunkan kesiagaan dan pengawasan agar pihak terkait tetap melakukan langkah-langkah pencegahan.
Data KLHK juga memperlihatkan secara keseluruhan pada 2021 terdapat 11.225 titik panas, atau naik dari 8.510 titik panas pada 2020.
Baca juga: KLHK miliki sistem satelit bisa jerat pembakar lahan
Baca juga: Pemegang konsesi diwajibkan cegah kawasan konsesinya dari karhutla
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021