• Beranda
  • Berita
  • BKSDA Aceh cek laporan masyarakat terkait gangguan harimau sumatra

BKSDA Aceh cek laporan masyarakat terkait gangguan harimau sumatra

27 Desember 2021 18:10 WIB
BKSDA Aceh cek laporan masyarakat terkait gangguan harimau sumatra
Arsip foto - Pawang Syarwani (70) membantu tim medis mengevakuasi Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) dari Kantor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Tapaktuan, Aceh Selatan ke Kantor BKSDA Aceh di Tapaktuan, Jumat (23/10). FOTO ANTARA/Irwansyah Putra/ED/pd/pri.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengecek adanya gangguan harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) yang dilaporkan memangsa ternak masyarakat di Kabupaten Aceh Timur.

Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, Senin mengatakan pengecekan dilakukan untuk memastikan informasi tersebut apakah memang ada harimau memangsa ternak masyarakat atau tidak.

"Kami ada menerima informasi gangguan harimau Kabupaten Aceh Timur, namun informasi tersebut perlu dicek, sehingga bisa dilakukan penanganan," katanya.

Sebelumnya, masyarakat Desa Punti Payong, Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, melaporkan gangguan harimau sumatra. Satwa dilindungi tersebut dilaporkan memangsa ternak masyarakat.

Menurut Agus Arianto, pengecekan tersebut untuk mengumpulkan informasi, meliputi di mana lokasi gangguan harimau, apakah di luar kawasan hutan atau dalam kawasan hutan.

Selain itu, kata dia, pengecekan untuk menggali informasi berapa individu harimau di wilayah gangguan serta bagaimana pola ternak masyarakat, apakah dikandangkan atau dilepas.

"Jika laporan gangguannya ada dan informasi sudah didapat, kami akan turunkan tim. Tim tersebut akan menangani gangguan harimau serta menggiring satwa dilindungi tersebut ke habitatnya," kata Agus Arianto.

Sebaliknya, menurut dia, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa jika harimau tersebut memangsa ternak di kawasan hutan lindung. Sebab, kawasan tersebut merupakan habitat harimau.

"Jika seperti itu, maka yang bisa kami lakukan mengimbau masyarakat tidak melepaskan ternaknya ke kawasan hutan yang merupakan habitat harimau," kata Agus Arianto.

Berdasarkan daftar kelangkaan satwa yang dikeluarkan lembaga konservasi dunia, yakni International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), harimau sumatra hanya ditemukan di Pulau Sumatera.

Dari daftar kelangkaan satwa lembaga konservasi dunia, satwa dilindungi undang-undang tersebut berstatus spesies terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.

BKSDA Aceh mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian, khususnya harimau sumatra, dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa.

Selain itu, masyarakat juga diimbau tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan meniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati.

Kemudian, masyarakat juga diminta tidak memasang jerat, racun, pagar listrik tegangan tinggi yang dapat menyebabkan kematian satwa liar dilindungi. Semua perbuatan ilegal tersebut dikenakan sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan.

Di samping itu, aktivitas ilegal lainnya juga dapat menyebabkan konflik satwa liar, khususnya harimau sumatra dengan manusia. Konflik ini berakibat kerugian secara ekonomi hingga korban jiwa, baik manusia maupun keberlangsungan hidup satwa liar tersebut.

"Kami menyampaikan terima kasih kepada masyarakat, para pihak terkait lainnya serta mitra yang mendukung penyelamatan harimau sumatra. Dukungan ini merupakan upaya pelestarian satwa dilindungi di Provinsi Aceh," kata Agus Arianto.

Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021