• Beranda
  • Berita
  • 2.800-an gempa magnitudo >4 per tahun terjadi pada 2017-2021

2.800-an gempa magnitudo >4 per tahun terjadi pada 2017-2021

27 Desember 2021 18:58 WIB
2.800-an gempa magnitudo >4 per tahun terjadi pada 2017-2021
Profesor Riset bidang Geologi Gempa dan Kebencanaan di Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natawidjaja berbicara dalam Webinar Professor Talk dengan tema Refleksi Akhir Tahun: Membaca Secara Ilmiah Kebencanaan 2021​​​​​​​ di Indonesia di Jakarta, Senin (27/12/2021). ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan rata-rata gempa magnitudo lebih dari 4 terjadi tiap tahun sebanyak 2.800-an kejadian selama kurun waktu 2017-2021.

"Selama lima tahun ke belakang gempa rata-rata yang magnitudo lebih besar dari 4 itu ada mulai dari 2.000-an sampai 3.000-an," kata peneliti BRIN Danny Hilman Natawidjaja dalam Webinar Professor Talk dengan tema Refleksi Akhir Tahun: Membaca Secara Ilmiah Kebencanaan 2021 di Indonesia di Jakarta, Senin.

Profesor Riset bidang Geologi Gempa dan Kebencanaan di Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian BRIN itu menuturkan pada periode 2017-2021, rata-rata sebanyak 25 kejadian gempa magnitudo mulai 6 ke atas terjadi setiap tahunnya.

Baca juga: BRIN: Harus lebih serius mitigasi potensi gempa 100 tahun ke depan

Sementara pada periode yang sama, rata-rata gempa magnitudo 6,5 terjadi lebih dari lima kali kejadian setiap tahun di Indonesia. Hanya pada 2021 saja, gempa magnitudo lebih dari 6,5 terjadi sebanyak empat kali.

Pada 2017, terjadi 2.303 gempa magnitudo lebih dari 4; 19 gempa magnitudo lebih dari sama dengan 6, dan delapan kejadian gempa magnitudo lebih dari sama dengan 6,5.

"Makin besar magnitudonya makin jarang gempanya," tutur Danny.

Pada 2018, ada sebanyak 3.020 kejadian gempa magnitudo lebih dari 4; 28 kejadian gempa magnitudo lebih dari sama dengan 6, dan tujuh gempa magnitudo mulai dari 6,5 ke atas.

Gempa yang mengakibatkan dampak yang cukup besar pada 2018 di antaranya gempa Lombok, dan gempa Palu yang disertai likuifaksi dan tsunami.

Pada 2019, terjadi 3.337 kejadian gempa magnitudo lebih dari 4; 30 kejadian gempa magnitudo mulai dari 6 ke atas, dan 12 gempa magnitudo mulai dari 6,5 ke atas.

Gempa-gempa yang terjadi pada 2019 tersebut diantaranya gempa Banten magnitudo 6,9 dan gempa Ambon magnitudo 6,5. Karena pusat gempa tersebut dekat dengan perkotaan, sehingga efeknya cukup banyak.

Baca juga: Peneliti BRIN: Jangan bangun infrastruktur di jalur sesar aktif

Padahal kekuatan gempa itu tidak lebih besar dari gempa Halmahera dengan magnitudo 7,2.

Pusat gempa Halmahera berada di lautan dan tidak dekat dengan daratan sehingga efeknya lebih kecil walaupun gempanya terbilang besar.

Pada 2020, ada sebanyak 2.642 gempa magnitudo lebih dari 4; 30 gempa magnitudo mulai dari 6 ke atas, dan enam gempa magnitudo mulai dari 6,5 ke atas.

Beberapa gempa besar pada 2020 yakni gempa Talaud magnitudo 7,1, gempa Bengkulu dengan masing-masing magnitudo 6,6 dan 6,7 yang tidak menyebabkan efek yang besar karena pusat gempa jauh di lautan sehingga korbannya sedikit.

Berbeda dengan gempa Pangandaran walaupun magnitudonya 5,6, tapi karena pusat gempa cukup dekat dengan rumah penduduk sehingga ada cukup banyak kerusakan yang terjadi.

Pada 2021, terjadi 2.840 gempa magnitudo lebih dari 4; 18 gempa magnitudo mulai dari 6 ke atas, dan empat gempa magnitudo mulai dari 6,5 ke atas.

Gempa yang berkekuatan cukup besar pada 2021 yakni Gempa Selayar magnitudo 7,3. Namun, pusat gempa tersebut berada di tengah lautan sehingga efeknya tidak begitu merusak.

Sementara yang banyak merusak pada 2021 adalah letusan Gunung Semeru pada Desember 2021 dan letusan Gunung Sinabung pada Juli 2021.

Baca juga: BRIN: Gempa magnitudo lebih dari 6,5 banyak terjadi di Indonesia timur
Baca juga: BRIN lanjutkan riset untuk petakan sesar Baribis di Jakarta

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021