Dalam sistem peringatan dini cuaca, BMKG memprakirakan wilayah yang berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang, seperti Bali, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta.
Selain itu, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Lampung, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Papua, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan.
Baca juga: Suspek area di Laut Timor berpotensi jadi Bibit Siklon 97S
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya manajemen pengelolaan air dalam menghadapi cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
Dia mengatakan pemerintah perlu menyiapkan berbagai skenario dari yang paling risiko rendah hingga skenario terburuk dengan risiko yang sangat tinggi, sebab pola cuaca ekstrem di Indonesia saat ini jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Fenomena siklon bisa dikatakan sangat jarang terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia. Namun, selama 10 tahun terakhir kejadian siklon tropis semakin sering terjadi. Kondisi ini menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim adalah benar-benar nyata," ujar dia.
Dwikorita menjelaskan biasanya Indonesia hanya terkena bagian ekor siklon, tetapi sekarang justru bibit siklon tersebut muncul dan terbentuk di wilayah Indonesia.
Terakhir, Siklon Tropis Seroja yang mengakibatkan banjir bandang dan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada April 2021.
Baca juga: BMKG: Bibit siklon tropis Arafura berpotensi terbentuk saat Natal
Baca juga: BMKG: Waspada potensi hujan lebat disertai angin kencang
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021