Johnny dalam acara yang diikuti virtual, Selasa, mengatakan pihaknya terus melakukan penambahan (farming) penataan ulang (refarming) spektrum frekuensi guna memenuhi kebutuhan spektrum sebesar 2047 MHz hingga 2024.
Adapun capaian spektrum mobile broadband sampai saat ini berjumlah 767 MHz, masih terdapat kekurangan spektrum sebesar 1280 MHz yang harus dipenuhi hingga dua tahun ke depan.
"Kalau spektrum tidak tersedia, kita tidak bisa membangun telekomunikasi dengan baik. Untuk itu kita masih membutuhkan untuk melakukan 'farming' dan 'refarming' spektrum sampai 2024 sebanyak 1280 MHz," ujar Johnny.
Johnny menilai pemanfaatan spektrum frekuensi selama ini belum dilakukan secara optimal. Dia mengatakan ada banyak spektrum yang seharusnya dipakai untuk telekomunikasi justru dimanfaatkan untuk penggunaan lain.
"Misalnya ada spektrum di level tertentu middle band dipakai untuk satelit. Kita tentu berharap karena di middle band tersebut bagus spektrumnya untuk 5G kalau bisa diusahakan satelitnya berpindah ke spektrum yang lain dan spektrum itu dikembalikan kepada pemerintah untuk digunakan bagi telekomunikasi," kata Johnny.
"Ini bukan pekerjaan yang mudah tetapi harus kita lakukan untuk menata kembali, melakukan 'farming' dan 'refarming' spektrum sehingga nanti tersedia spektrum yang memadai," sambung dia.
Penataan ulang spektrum yang dilakukan, lanjut Johnny, termasuk spektrum yang dihasilkan dari digitalisasi penyiaran.
Upaya digitalisasi penyiaran melalui ASO akan membebaskan 112 MHz spektrum frekuensi sebagai dividen digital yang bisa digunakan untuk telekomunikasi.
"Dengan bermigrasi menjadi televisi digital maka di situ ada penghematan sekitar 112 MHz spektrum frekuensi yang bisa digunakan untuk telekomunikasi, khususnya ini spektrum yang bagus untuk 5G," kata dia.
Terkait konektivitas 5G, Johnny mengatakan pada 2021 ini pihaknya telah mengeluarkan surat keputusan uji layak operasi terhadap tiga operator seluler yakni Telkomsel, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata.
Namun, kata dia, karena keterbatasan spektrum 5G yang tersedia saat ini, pengembangan konektivitas 5G masih dalam tahapan "5G Experience" yang tersebar di 13 kota.
Johnny menyebut kendala paling besar pengembangan konektivitas 5G di Indonesia adalah ketersediaan spektrum frekuensi yang memadai.
Selain itu, kata dia, belum semua perangkat ponsel pintar yang ada di Indonesia mendukung konektivitas 5G, misalnya perangkat dari Apple yang belum bisa mendukung konektivitas 5G di Tanah Air karena ketidaktersediaan spektrum.
"Apple belum buka (5G) karena Apple handsetnya bergerak di spektrum 2,6GHz. Belum ada layanan 2,6 GHz di Indonesia untuk 5G saat ini. Yang ada layanan 5G di Indonesia baru di (spektrum) 2,3 GHz. Sehingga kalaupun Apple buka tidak ada layanannya," ucap Johnny.
Untuk itu, kata dia, ketersediaan spektrum frekuensi di semua level menjadi sangat penting untuk memastikan konektivitas 5G dapat bergerak dengan baik.
Dalam kesempatan itu, Johnny juga menyampaikan kesiapan migrasi TV analog ke digital. Dia mengatakan penyelesaian ASO dibagi menjadi tiga tahap.
Tahap pertama untuk 56 wilayah layanan siaran atau 166 kabupaten/kota hingga 30 April 2022. Tahap kedua untuk 31 wilayah layanan siaran di 110 kabupaten/kota hingga tanggal 25 Agustus 2022. Tahap ketiga untuk 25 wilayah layanan siaran di 65 kabupaten/kota hingga 2 November 2022.
Johnny mengatakan masih banyak kabupaten/kota yang tidak mendapat layanan televisi terestrial. Namun, setelah ketiga tahapan ASO selesai pada November mendatang, Johnny mengatakan seluruh kabupaten/kota di Tanah Air harus sudah siap dilayani dengan digitalisasi televisi.
"kami dalam tata kelola multipleksing akan mengatur dan menjaganya dengan baik agar cita-cita untuk migrasi menjadi siaran digital berjalan dengan baik," kata dia.
Baca juga: Siaran digital 2022, apa yang harus masyarakat siapkan?
Baca juga: ASO tak sekadar soal siaran digital
Baca juga: ASO diharapkan bisa buka peluang lapangan kerja untuk lulusan vokasi
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021