Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati mengingatkan bahwa pemetaan potensi bencana perlu terus diperkuat pada 2022 mendatang.identifikasi bencana bisa didukung dengan peta yang akurat
"Pemetaan potensi bencana sangat diperlukan guna mendukung upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana dan mengidentifikasi kerentanan wilayah," katanya di Purwokerto, Banyumas, Selasa.
Koordinator bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed itu mengatakan pemetaan potensi bencana secara rinci merupakan upaya yang cukup penting untuk mengantisipasi bencana khususnya bencana banjir dan longsor.
"Peta potensi bencana bisa menjadi arahan wilayah mana saja yang berpotensi terjadi bencana dan wilayah yang akan terdampak sehingga masyarakat bisa meningkatkan kewaspadaan bila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan durasi yang lama," katanya.
Baca juga: Akademisi: Intensifkan upaya mitigasi jelang puncak musim hujan
Baca juga: Akademisi: Mitigasi bencana geologi perlu terus digencarkan
Terkait hal tersebut, dia mengingatkan agar pada tahun 2022 pemerintah daerah terus mengembangkan peta potensi bencana hingga ke tingkat desa.
"Proses identifikasi bencana bisa didukung dengan peta yang akurat maka diharapkan pemetaan bisa sampai tingkat kecamatan, bahkan jika perlu dibuat lebih detil hingga ke tingkat desa agar makin mengenai sasaran," katanya.
Setelah dilakukan pemetaan, kata dia, maka langkah selanjutnya adalah pengelolaan alam dan pengembangan wilayah yang sesuai dengan peruntukan tata ruang serta desain prediksi terkait bencana yang bersifat jangka panjang.
"Dengan demikian, kebijakan ke depan diharapkan lebih memperhatikan jangka panjang di suatu wilayah terkait dengan kemungkinan terjadinya bencana dan kerugian akibat bencana," katanya.
Baca juga: Ketua DPD RI dorong pemerintah riset mitigasi kebencanaan
Terkait hal tersebut, dia mengingatkan agar pada tahun 2022 pemerintah daerah terus mengembangkan peta potensi bencana hingga ke tingkat desa.
"Proses identifikasi bencana bisa didukung dengan peta yang akurat maka diharapkan pemetaan bisa sampai tingkat kecamatan, bahkan jika perlu dibuat lebih detil hingga ke tingkat desa agar makin mengenai sasaran," katanya.
Setelah dilakukan pemetaan, kata dia, maka langkah selanjutnya adalah pengelolaan alam dan pengembangan wilayah yang sesuai dengan peruntukan tata ruang serta desain prediksi terkait bencana yang bersifat jangka panjang.
"Dengan demikian, kebijakan ke depan diharapkan lebih memperhatikan jangka panjang di suatu wilayah terkait dengan kemungkinan terjadinya bencana dan kerugian akibat bencana," katanya.
Baca juga: Ketua DPD RI dorong pemerintah riset mitigasi kebencanaan
Baca juga: BNPB evaluasi hasil riset kebencanaan untuk kebijakan pulihkan Bali
Dia menambahkan, agenda lain yang juga perlu diprioritaskan pada tahun 2022 adalah pengembangan riset kebencanaan dan pengembangan teknologi dan informasi kebencanaan.
"Keduanya sangat penting karena akan berdampak pada ketepatan dan keakuratan dalam upaya mitigasi bencana," katanya.
Sebelumnya dia juga menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua penyebab utama bencana alam, baik itu bencana geologi ataupun hidrometeorologi.
"Dari beberapa kejadian bencana yang terjadi didapatkan beberapa kesimpulan sederhana mengenai penyebab kejadian bencana yaitu karena kondisi alam dan karena pengelolaan yang kurang tepat dari pengembangan wilayah," katanya.
Baca juga: Riset sejarah dan mitigasi bencana dipaparkan ahli Indonesia
Dia menambahkan, agenda lain yang juga perlu diprioritaskan pada tahun 2022 adalah pengembangan riset kebencanaan dan pengembangan teknologi dan informasi kebencanaan.
"Keduanya sangat penting karena akan berdampak pada ketepatan dan keakuratan dalam upaya mitigasi bencana," katanya.
Sebelumnya dia juga menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua penyebab utama bencana alam, baik itu bencana geologi ataupun hidrometeorologi.
"Dari beberapa kejadian bencana yang terjadi didapatkan beberapa kesimpulan sederhana mengenai penyebab kejadian bencana yaitu karena kondisi alam dan karena pengelolaan yang kurang tepat dari pengembangan wilayah," katanya.
Baca juga: Riset sejarah dan mitigasi bencana dipaparkan ahli Indonesia
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021