• Beranda
  • Berita
  • Kemenkes: Risiko masuk rumah sakit pasien Omicron lebih rendah

Kemenkes: Risiko masuk rumah sakit pasien Omicron lebih rendah

29 Desember 2021 19:27 WIB
Kemenkes: Risiko masuk rumah sakit pasien Omicron lebih rendah
Tangkapan layar Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan Keterangan Pers "Kenali Omicron dan Cara Mencegahnya" yang diikuti dari YouTube FMB9 di Jakarta, Rabu (29/12/2021). ANTARA/Andi Firdaus/aa.

Risiko sakit parah dan kematian harus tetap menjadi kewaspadaan kita.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengemukakan risiko masuk rumah sakit pada kasus Omicron jauh lebih rendah jika dibandingkan varian COVID-19 sebelumnya.

"Kalau kita lihat data awal dari Afrika Selatan menunjukkan bahwa risiko masuk rumah sakit pada kasus Omicron jauh lebih rendah dibandingkan varian-varian sebelumnya seperti varian Beta dan Delta," kata Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan Keterangan Pers "Kenali Omicron dan Cara Mencegahnya" yang diikuti dari YouTube FMB9 di Jakarta, Rabu sore.

Data lain juga menunjukkan bahwa proporsi penggunaan ruang rawat unit intensif lebih rendah pada kasus Omicron. Misalnya, perawatan di ICU hanya 5 persen dan pada perawatan healthcare hanya 8 persen. "Kalau kita bandingkan sebelumnya itu untuk perawatan ICU bisa mencapai 22 persen," katanya.

Namun Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Ditjen P2P Kemenkes itu mengimbau masyarakat untuk tetap waspada meskipun sebagian besar gejala Omicron bersifat ringan.

Baca juga: Kemenkes: Risiko Omicron sudah di tengah masyarakat

Baca juga: Kemenkes: Kasus Omicron Indonesia bertambah 21 pasien


"Risiko sakit parah dan kematian harus tetap menjadi kewaspadaan kita. Deteksi dini menjadi penting untuk mencegah keparahan dan memutuskan rantai penularan," katanya.

Ia mengatakan studi yang dapat dipelajari dari Afrika Selatan bahwa kasus konfirmasi Omicron dapat mencapai puncaknya dalam 30 hari, sementara pada gelombang sebelumnya berkisar antara 66 sampai dengan 79 hari.

"Jumlah konfirmasi harian Omicron ternyata mencatat kasus konfirmasi harian 23 ribu kasus. Sementara pada gelombang berikutnya di Afrika Selatan hanya sekitar 12 ribu hingga 19 ribu kasus, termasuk pada waktu adanya varian Delta. Tetapi kalau kita melihat total kasus lebih rendah yang artinya hanya 263 ribu kalau kita bandingkan sebelumnya mencapai 477 ribu kasus," ujarnya.

Untuk kasus kematian, kata Nadia, puncak kasus juga jauh lebih cepat dicapai dalam 37 hari di mana pada gelombang sebelumnya 71 hingga 102 hari dan jumlah kasus kematian harian jauh lebih rendah yaitu 64 per hari yang sebelumnya kematian di Afrika Selatan mencapai 297 sampai 575 kasus kematian per hari.

"Total kasus kematian juga lebih rendah 1.034 yang sebelumnya mencapai 15 ribu. Artinya kita tetap waspada karena kebutuhan perawatan rumah sakit dan kematian masih terdapat pada infeksi varian Omicron," ujarnya.

Baca juga: Pemerintah terapkan empat strategi tangani varian Omicron

Baca juga: 306 pelancong ke Malaysia diduga tertular Omicron

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021