Menurut Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung, peningkatkan kesejahteraan petani sawit tersebut dapat terlihat dari berbagai parameter, salah satunya yakni peningkatan harga tandan buah segar (TBS) dimana tertinggi di Provinsi Riau mencapai Rp3.500/kg.
"Pemerataan harga TBS di seluruh provinsi di Indonesia yang termungkinkan karena adanya pengawalan oleh pengurus DPW Apkasindo di setiap rapat penetapan harga
yang diadakan oleh Dinas Perkebunan atau Dinas Kehutanan di masing-masing provinsi," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Dikatakannya, harga TBS di sepanjang tahun 2021 menunjukkan peningkatan 42,47 persen dibandingkan rata-rata harga TBS selama 2020.
Hal itu sangat berdampak pada pendapatan petani dan kegiatan roda ekonomi di sentra sentra kelapa sawit.
Namun demikian, dia mengakui banyak pekerjaan rumah terkait proses penetapan harga yang masih terjadi keberagaman dan ketimpangan antar provinsi. Baik dalam tatanan penetapan harga tingkat provinsi maupun tatanan harga yang dikeluarkan pabrik kelapa sawit.
Pada semester 2 tahun 2021, Gulat menyatakan, petani kelapa sawit dikejutkan oleh kenaikan harga pupuk yang mencapai 100 persen sehinggasangat mempengaruhi harga pokok produksi petani yang dapat berdampak petani mengurangi/menunda pemupukan yang berimplikasi penurunan produksi TBS di tahun depan.
"Kami bertekad untuk mengawal peningkatan harga TBS tanpa disertai peningkatan harga elemen support lainnya," katanya saat menyampaikan Refleksi Sawit Rakyat 2021 dengan tema ‘ Masa Depan Petani Sawit Indonesia dengan Konsep Kemitraan dan Berkelanjutan’.
Selain pengawalan pada tingkat penetapan harga TBS, Sekretaris Jenderal DPP Apkasindo Rino Afrino menambahkan, sejumlah pencapaian yang telah dilakukan Apkasindo selama 2021 untuk meningkatkan kesejahteraan petani, yakni pendataan lahan petani kelapa sawit yang terklaim dalam kawasan hutan, pendampingan peremajaan sawit rakyat (PSR), termotifasinya 16 provinsi sawit untuk segera menerbitkan Pergub Tentang Tataniaga TBS.
"Secara umum, program kerja Apkasindo 2021 telah membawa petani kelapa sawit menjadi setara dalam kemitraan dan unggul dalam pergerakan hulu-hilir kelapa sawit nasional dan garda terdepan melawan kampanye anti sawit," ujarnya.
Sementara itu menghadapi 2022, Rino menyatakan masih banyaknya tantangan yang lebih besar bagi petani kelapa sawit secara keseluruhan maupun asosiasi diantaranya masih rendahnya penyerapan dana Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), tenggat waktu sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang semakin mendekat dari ketentuan Wajib ISPO 2025.
Selain itu mempertahankan harga TBS pada level balance, menekan kenaikan harga sarana dan prasarana, lambatnya Implementasi UU Cipta Kerja serta tumbuh berkembangnya LSM dengan melibatkan Perguruan Tinggi dalam merancang dan membujuk pemerintah untuk menerbitkan regulasi yang justru merugikan sawit Indonesia khususnya petani sawit.
Terkait lahan petani, Rino menyatakan, pada 2021 asosiasi secara proaktif menggiatkan inventarisasi lahan petani kelapa sawit dengan total 42.775 Ha, yang tersebar di provinsi Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Baca juga: Apkasindo: Provinsi sentra sawit miliki NTP tinggi
Baca juga: Apkasindo: Penerapan B30 jaga kestabilan harga sawit petani
Pewarta: Subagyo
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022