Pandemi datang, pembatasan wilayah berlaku, restoran-restoran ditutup, termasuk tempat-tempat ikonik di Australia. Rencana membuka kafe di Sydney berubah menjadi pendirian restoran di Jakarta. Pebisnis muda yang belajar media, humas dan periklanan di Australia ini menggemari dunia memasak sejak kecil.
"Saya enggak ada basic kuliner, tapi sejak kecil suka masak di rumah. Umur 12 tahun saya sudah bisa masak-masak seperti salmon, saya memang suka nonton video memasak," kata Andrew yang mulai kuliah saat berusia 16 tahun, ditemui di restorannya akhir Desember 2021.
Restorannya terletak di atap gedung, tak terlalu tinggi, tapi diapit pemandangan gedung pencakar langit di kejauhan. Gemericik air di kolam kecil yang berada di tengah restoran membuat suasana terasa asri, ditambah dengan tanaman-tanaman dalam pot yang ada di sudut-sudut.
Hobi memasak yang sudah digeluti Andrew membuat orangtuanya tak khawatir ketika putranya harus mandiri di luar negeri, jauh dari orangtua. Andrew pun sering menjamu teman-teman kuliah di apartemennya di Sydney.
Baca juga: Restoran steak ini tawarkan diskon khusus Hari Ibu
Baca juga: Kiat memasak steak lezat di rumah saja ala Devina Hermawan
Begitu lulus kuliah tahun 2021, dia langsung fokus membuka restoran Red Label Burger and Steak. Nama "Red Label" diambil dari label merah yang disematkan dalam kemasan makanan buatannya, bukti bahwa setiap makanan sudah dipastikan memenuhi standard kualitas. Terlebih lagi, merah adalah warna yang menggugah selera makan orang-orang. Logo ini pun dia rancang sendiri.
Truffle
Dari sekian banyak sajian burger di ibu kota, jamur truffle yang memberikan wangi dan rasa menyengat menjadi andalan dari menu Red Label. Makanan yang memakai truffle memang mulai menjamur, tapi belum banyak yang khusus fokus menyajikan makanan dengan jamur tersebut. Tak hanya memakai minyaknya, truffle juga dimasukkan ke dalam hidangannya meski tidak terlalu banyak agar harga per porsi tetap terjangkau.
"Lima tahun lalu truffle belum viral, berkat media sosial orang-orang jadi tau truffle. Banyak teman saya generasi Z suka dengan truffle. Saya ingin membuat truffle jadi mainstream," kata Andrew.
Restoran ini banyak menggunakan truffle hitam yang rata-rata berasal dari Prancis. Di luar bahan yang harus diimpor, ia mengusahakan untuk mendapatkan bahan-bahan lain dari pemasok lokal.
Red Label menjual enam varian burger, yakni cheese burger, signature truffle burger, the swiss mushroom, smokey double, crispy chicken dan caramelised wonder. ANTARA mencicipi dua menu burger yang jadi andalan, yakni signature truffle burger dan the swiss mushroom.
Burger truffle yang jadi ciri khas ini terdiri dari daging Australia sebagai meat patty, white cheddar, truffle hitam, jamur champignon, karamel bawang dan saus truffle. The swiss mushroom terdiri dari bahan serupa, hanya saja saus truffle dan truffle hitam diganti dengan smokeymayo. Saat dicicip, dagingnya terasa lembut, begitu pula rotinya. Aroma dan rasa truffle juga cukup terasa, tapi tidak terlalu pekat. Rasa truffle justru lebih menyeruak di mulut dalam menu kentang goreng truffle.
Ingin protein lebih banyak? Red Label saat ini punya dua menu steak yang masing-masing porsi berisi 200 gram daging Australia, yakni sirloin dan rib eye. Potongan-potongan daging steak disajikan dan ditata rapi di atas tatakan kayu, ditaburi saus salsa verde yang pekat rasa bawang putih. Dagingnya cukup juicy, dan terasa lebih gurih berkat saus di atasnya. Selain soal rasa, Andrew memperhatikan betul aspek visual makanan-makanan yang disajikan agar cantik saat dipotret dan diunggah ke media sosial, kebiasaan yang tak lepas dari generasi muda masa kini.
Ke depannya, ia akan terus memperbarui menu dengan cita rasa bervariasi, tak hanya rasa ala Barat, tetapi juga rasa khas makanan Nusantara seperti sambal matah.
Baca juga: Unik, burger vegetarian dibuat dari "3D printer"
Baca juga: Burger King hadirkan King's Chicken yang lebih gurih
Baca juga: Byurger-LandX siap ekspansi besar-besaran
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022