Penelitian yang mengkaji lagi 61 penelitian internasional yang dilakukan sejak 1990-an itu menekankan pentingnya untuk tidak hanya menyingkirkan jamur yang terlihat, tetapi juga mencegah kemunculannya, kata penulis penelitian Christina Tischer, dari Pusat Riset Kesehatan Lingkungan Jerman seperti dikutip Reuters
"Lingkungan rumah dengan jamur yang bisa dilihat dan paparan spora jamur menaikkan risiko terkena alergi pernapasan pada anak," tulisnya dalam "European Respiratory Journal."
Dia mengatakan kepada Reuters Health, meskipun penemuan itu tak menyebut jamur sebagai penyebabnya sehingga penelitian lain masih dibutuhkan, riset laboratorium menunjukkan bahwa paparan jamur dan spora jamur di udara bisa menyebabkan radang pernafasan.
Demi tinjauan itu, Tischer dan koleganya memisahkan penelitian-penelitian yang memeriksa jamur terlihat -- tanda paling nyata dari penjamuran -- dari sejumlah kecil dalam mana peneliti menakara komponen jamur dalam sampel-sampel debu rumah.
Secara keseluruhan, anak-anak dalam rumah yang memiliki jamur terlihat memiliki kemungkinan terserang asma 49 persen lebih besar dibandingkan anak-anak yang tidak terpapar, dan 39 persen lebih bisa terserang alergi ketimbang anak lainnya.
"Jamur terlihat menempel di dinding mengindikasikan komposisi mikroba normal di luar keteraturan, yang kebanyakan sering disebabkan kelembaban, kelembaban ekstrem atau bangunan yang rusak," kata Tischer.
Paparan untuk komponen jamur dalam debu rumah dihubungkan dengan tingkat risiko yang lebih rendah terkena asma dan alergi.
Itu bisa disebabkan oleh perbedaan antara jamur yang bisa dilihat dan komponen jamur yang merupakan bagian dari campuran normal bakteri, cendawan dan mikroba lainnya dalam udara di luar ruangan. (*)
Nenny
Penerjemah:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011