"Pengembangan makanan bergizi bagi balita itu dengan mempertimbangkan harga yang murah sehingga terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah," katanya di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, hal itu bisa dilakukan dengan menyiapkan penyediaan kedelai lokal yang berkelanjutan, mulai dari pemilihan benih, budi daya, dan pascapanen dengan menaati kaidah-kaidah secara "best practise".
"Kondisi kurang gizi dan gizi buruk pada balita disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor paling mendasar adalah pendapatan yang sangat rendah dan kemiskinan sehingga berpengaruh terhadap persediaan pangan di tingkat rumah tangga," katanya.
Selain itu, pengetahuan ibu tentang gizi yang jauh dari harapan. Pola pengasuhan anak yang belum sehat itu yang menjadikan konsumsi makanan tidak mengikuti kaidah gizi dan kesehatan, yang kemudian berpengaruh pada kondisi kesehatan anak.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masih ditemui kasus balita dalam kategori gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia. Data Susenas 2007 mencatat kasus kategori gizi kurang mencapai 13 persen dan gizi buruk 5,4 persen, dengan total 18 persen dari 18 juta balita.
Ia mengatakan, balita kekurangan gizi memiliki beberapa ciri, di antaranya berat badan di bawah normal, kurus, rambut kemerahan, perut buncit, dan wajah bengkak atau keriput. Kondisi itu menyebabkan balita rewel dan kurang responsif.
"Jika kondisi kurang gizi itu berlangsung lama akan berpengaruh pada kecerdasan dan pertumbuhan fisik dan mental balita. Anak kelihatan pendek dan kurus dibandingkan teman-teman sebayanya yang lebih sehat," kata Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM itu.
Menurut dia, ketika memasuki usia sekolah, si anak tidak mampu berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu.
"Oleh karena itu, peningkatan gizi balita perlu dilakukan melalui penyediaan makanan bergizi dengan harga yang terjangkau masyarakat. Dengan upaya itu tentu akan mendukung program pemerintah dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas," katanya.(*)
(L.B015*H010/N002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011