Magelang (ANTARA News) - Pelukis Magelang, Jawa Tengah, Damtoz Andreas, akan pameran tunggal "Surat untuk Nadia" di dua tempat di Berlin, Jerman, bertepatan dengan Jakarta-Berlin Art Festival, 25 Juni-3 Juli 2011.Perupa yang belum terkenal justru harus sering pameran tunggal untuk mempercepat orang mengenal dirinya dan karya-karyanya.
"Di dua lokasi, Halle am Ufer dan Artroom at Berlin Carre," kata Damtoz, di Magelang, Minggu.
Ia mengatakan, pameran itu mengusung 13 karyanya menggunakan teknik realis dengan daya ungkap minimalis.
Sejumlah karyanya itu antara lain berjudul Surat untuk Nadia, Surat untuk Lorena, Suatu Hari Bulan Juli, dan Para Pemimpin dari Negeri Bukan Dongeng.
Ia mengaku, karyanya itu sebagai respons atas beberapa puisi karangan Dorothea Rosa Herliany (penyair Magelang) yang dibukukan dalam judul "Skenario Bunuh Diri" dan akan dikeluarkan salah satu penerbit di Jerman Oktober 2011.
"Puisi Rosa itu direspons dengan cara aku, untuk memberi makna baru," kata Damtoz yang selama 10 tahun bergelut dengan dunia penerbitan, penanggungjawab artistik dan produksi, serta desainer grafis lepas untuk beberapa proyek itu.
Ia mengatakan, pameran di Jerman mendatang sebagai ketiga kalinya. Pameran pertama dan kedua di Koln pada 2009 dan 2010.
Belum lama ini Damtoz juga menggelar pameran tunggal berjudul "Prolog Gue" di Galeri Bu Atie Semarang, dengan memajang sembilan karyanya.
Pelukis Magelang, Dedy PAW, menilai, Damtoz sebagai pendatang baru seni lukis patut mendapat apresiasi karena keberanian menggelar pameran tunggal bahkan hingga luar negeri.
"Saya sangat salut dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Damtoz karena keberaniannya pameran tunggal," katanya.
Ia menilai, Damtoz memiliki kepercayaan diri yang kuat melalui karya-karyanya untuk dipertontonkan kepada publik.
Ia menyebut keberanian Damtoz berpameran tunggal sebagai langkah cerdas untuk mempromosikan diri dan karyanya.
"Pameran sebagai ajang komunikasi antara seniman dengan masyarakat, tetapi juga sekaligus unjuk gigi, evaluasi, dan kesiapannya menerima kritik," katanya.
Ia mengemukakan, "Perupa yang belum terkenal justru harus sering pameran tunggal untuk mempercepat orang mengenal dirinya dan karya-karyanya."
(U.M029*H018) (ANTARA)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011