• Beranda
  • Berita
  • Masyarakat NTT Diminta Kurangi Ketergantungan Pangan Beras

Masyarakat NTT Diminta Kurangi Ketergantungan Pangan Beras

12 Juni 2011 12:36 WIB
Masyarakat NTT Diminta Kurangi Ketergantungan Pangan Beras
Seorang petani merontokkan padi yang baru dipanen. (FOTO ANTARA/Paramayuda)

Artinya, bila konsumsi beras dapat diturunkan rata-rata 2 persen per tahun dengan rata-rata total konsumsi beras per tahun 546.200 ton berarti bisa menghemat sekitar 9.124 ton beras per tahun.

Kupang (ANTARA News) - Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Provinsi NTT, Ir. Nicolaus Bala Nuhan meminta masyarakat daerah itu untuk mengurangi ketergantungan pada pangan beras dan kembali ke pangan lokal.

"Kita bukan penghasil beras. Memang ada beberapa wilayah di NTT yang selama ini memproduksi beras tetapi tidak mampu mencukup kebutuhan. Jadi kita selalu kampanye untuk meminta masyarakat supaya tidak lagi bergantung pada pangan beras," katanya di Kupang, Minggu.

Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan upaya pemerintah daerah dalam menurunkan tingkat konsumsi beras rata-rata dua persen per tahun sesuai dengan kesepakatan nasional.

Menurut dia, tingkat konsumsi pangan padi-padian saat ini masih didominasi beras yakni 75,2 persen per tahun, disusul jagung 19,93 persen dan terigu 5,04 persen per tahun.

Untuk kelompok umbi-umbian, kata dia, konsumsi tertinggi adalah ubi kayui 84,5 persen, disusul ubi jalar 6,9 persen, talas 0,5 persen, sagu 0,4 persen dan kentang 7,6 persen.

Dia menjelaskan, konsumsi pangan sumber karbohidrat dari kelompok pangan padi-padian ini telah melebuhi angka kecukupan gizi (AKG), sedangkan kelompok pangan umbi-umbian masih dibawah standar AKG.

Karena itu, untuk mewujudkan konsumsi masyarakat NTT yang berkualitas yakni beragam gizi seimbang dan aman terutama untuk pemenuhan kebutuhan karbohidrat maka perlu terus didorong penganekaragaman konsumsi dalam kelompok pangan padi-padian.

Caranya adalah dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menurunkan tingkat konsumsi beras rata-rata dua persen pertahun dan kembali ke pangan lokal yaitu menaikkan konsumsi jagung menjadi rata-rata dua persen per tahun.

Selain itu, konsumsi pangan umbi-umbian juga perlu terus ditingkatkan dari waktu ke waktu.

Untuk rata-rata per hari konsumsi, dia mengatakan, rata-rata konsumsi masyarakat NTT untuk beras adalah 270,5 gram per kapita per hari, jagung 71,67 gram per kapita per hari dan terigu 17,93 gram per kapita per hari.

"Artinya, bila konsumsi beras dapat diturunkan rata-rata dua persen per tahun dengan rata-rata total konsumsi beras per tahun 546.200 ton berarti bisa menghemat sekitar 9.124 ton beras per tahun atau sekitar Rp45 miliar," kata Niko Nuhan.

(ANTARA)


Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011