"Tim semakin kuat karena ada tambahan periset sekepakaran dari eks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan nanti Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan) juga," kata Handoko saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Handoko menuturkan pengembangan vaksin Merah Putih terus berlanjut meski ada proses integrasi Eijkman dan lembaga lain ke dalam BRIN.
Baca juga: BRIN: Tim Wascove Eijkman tetap lanjut pascaintegrasi Eijkam ke BRIN
Ia mengakui ada keterlambatan dalam pengembangan vaksin, namun itu lebih karena masalah teknis di mana belum ada tim yang pernah mengembangkan vaksin dari nol.
Sebelum bergabung ke BRIN, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sedang mengembangkan vaksin Merah Putih untuk COVID-19 dengan platform protein rekombinan.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga sedang mengembangkan vaksin Merah Putih untuk COVID-19 dengan platform protein rekombinan, namun berbeda dengan yang dibuat Eijkman.
Kemungkinan besar perbedaan antara pengembangan dua bibit vaksin tersebut terletak pada desain protein.
Kini Lembaga Eijkman dan LIPI sudah terintegrasi dengan BRIN.
Handoko menuturkan pada 2022 BRIN tetap fokus mengembangkan vaksin Merah Putih dan alat deteksi virus penyebab COVID-19 yang andal serta memperkuat surveilans untuk penanganan COVID-19.
Pengembangan vaksin Merah Putih dan alat deteksi virus penyebab COVID-19 serta surveilans sudah mulai dilakukan sejak pandemi COVID-19 pertama kali muncul di Indonesia yakni pada 2020, dan tetap dilanjutkan pada tahun 2022.
Baca juga: Kepala BRIN: Integrasi LBM Eijkman ke BRIN tingkatkan karier PNS
Baca juga: BRIN dorong mantan tenaga honorer Eijkman menjadi asisten riset
Baca juga: Pegawai LBM Eijkman akan diintegrasikan ke BRIN
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022