"Kalau terjadi terus-menerus tentu bisa berkontribusi pada pertambahan kasus," kata dia saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ia menuturkan karena varian Omicron di Indonesia sudah tergolong kasus transmisi lokal, maka perlu pelacakan kontak dan pengujian yang masif untuk menemukan kasus terinfeksi dan selanjutnya mencegah penyebaran COVID-19.
Ia juga mengatakan apapun varian dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, masyarakat harus senantiasa melakukan protokol kesehatan 5M, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan mengurangi mobilitas.
"5M harus tetap dilakukan karena kan Omicron itu baru ketahuan kalau sudah PCR-nya positif kemudian dilakukan WGS (pengurutan genom menyeluruh)," ujarnya.
Baca juga: Peneliti BRIN: Varian IHU tidak semenular Omicron
Amin menuturkan 5M itu harus tetap dilakukan konsisten karena tidak ada yang tahu varian apa yang sedang bersirkulasi di tengah masyarakat.
"Jadi varian apapun yang kita hadapi, yang harus kita lakukan itu sama yakni 5M, 3T dan vaksinasi," tuturnya.
Selain 5M, 3T (tracing, testing, treatment) atau pelacakan kontak, pengujian dan pengobatan serta vaksinasi harus ditingkatkan untuk melawan virus corona penyebab COVID-19 dan berbagai variannya.
"5M, 3T dan vaksinasi harus berjalan berdampingan," kata Amin.
Baca juga: Wagub Riza: PTM tanpa kendala meski kasus Omicron naik
Baca juga: Satgas terbitkan aturan terbaru karantina maksimal 10x24 jam
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022