Ini disampaikan Khofifah di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Senin, menanggapi kasus pembuangan sesajen di lokasi bencana Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang.
"Lebih baik tabayyun (mencari kejelasan hingga terang dan benar). Minta penjelasan untuk apa ini. Jadi melakukan hal baik dilakukan dengan cara baik dan tujuan yang baik, dan itu harus berseiring," ujarnya.
Baca juga: Pemprov Jatim terima bantuan 1.500 kompor untuk warga terdampak Semeru
Gubernur perempuan pertama di Jatim itu mengingatkan bahwa Indonesia memiliki beragam suku, adat dan budaya sehingga sesama warga negara harus saling menghormati.
"Jika ada persoalan budaya, maka pendekatannya harus budaya. Lalu, jika persoalan agama, maka pendekatannya harus agama," ucap dia.
"Sehingga melakukan hal yang mungkin bisa menyinggung suku, budaya dan adat tertentu. Sekali lagi, lebih baik tabayyun, tanya ke masyarakat dulu," kata orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut menambahkan.
Sebelumnya, viral video seorang memakai rompi hitam memaki pemakaian sesajen di kawasan Gunung Semeru. Dalam video itu, ia membuang sesajen di depannya, bahkan ada yang ditendang oleh pria tersebut.
Baca juga: Polda Jatim kejar pelaku penendang sesajen di Gunung Semeru
Aparat Polda Jatim bahkan membentuk tim untuk mengejar seorang pria yang menendang sesajen tersebut.
"Kami sudah bentuk tim untuk melakukan pencarian terhadap pelaku," ujar Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Gatot Repli Handoko.
Perwira menengah Polri tersebut mengatakan pihaknya kini melakukan pencarian juga monitoring terhadap media sosialnya yang menaikkan video tersebut.
Ia mengimbau masyarakat maupun relawan agar menjaga kondusivitas di sekitar area bencana, termasuk Gunung Semeru.
"Karena kan selama ini Lumajang sudah mulai damai, mulai aman, dan mulai bagus. Jangan sampai dirusak dengan adanya video-video yang mengandung SARA dan kita harus menghormati kearifan lokal daerah situ," kata dia.
Baca juga: Pembersihan lahan sebagian lokasi huntara Lumajang tunggu panen cabai
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022