• Beranda
  • Berita
  • Seperti manusia, klitoris beri kenikmatan untuk lumba-lumba betina

Seperti manusia, klitoris beri kenikmatan untuk lumba-lumba betina

11 Januari 2022 10:40 WIB
Seperti manusia, klitoris beri kenikmatan untuk lumba-lumba betina
Arsip foto - Kawanan lumba lumba (Dolphinidae) berenang melintas perairan Waha, pulau Wangi Wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Jumat (29/10/2010). FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo/foc//aa.
Lumba-lumba dikenal sebagai binatang yang berhubungan seks tak hanya untuk reproduksi, tetapi juga untuk memperkuat ikatan dan kepuasan diri.

Sebuah studi di jurnal Current Biology menunjukkan lumba-lumba betina punya klitoris besar penuh dengan saraf sensorik dan jaringan ereksi, bagian tubuh yang menunjukkan klitoris punya peran penting dalam memberikan kenikmatan.

Penulis dan pakar genital hewan Patricia Brennan dari College Mount Holyoke mengatakan kepada AFP seksualitas non-manusia adalah bidang studi yang diabaikan, terutama ketika menyangkut betina.

"Ada hal-hal yang sangat penting bagi kita untuk memahami secara evolusioner. Mereka mungkin sebenarnya memiliki sesuatu untuk mengajari kita tentang seksualitas kita sendiri," katanya.

Baca juga: Beruang kutub makan lumba-lumba akibat pemanasan global

Baca juga: Reptil prasejarah mirip lumba-lumba ditemukan di Skotlandia


Di luar primata, lumba-lumba adalah salah satu spesies utama yang dikenal menggunakan seks sebagai cara untuk menciptakan dan memelihara ikatan sosial.

Mamalia air berhubungan seks -- termasuk betina dengan betina lain dan jantan dengan jantan lain -- sepanjang tahun, dan klitoris terletak di tempat yang akan dirangsang selama sanggama.

Mereka masturbasi dengan cara bergesekan dengan pasir, ada juga laporan bahwa betina menggesek klitoris masing-masing dengan moncong dan sirip mereka.

Semua perilaku ini adalah pertanda mereka menikmati pengalaman itu, tapi Brennan dan kolega ingin mengonfirmasi gagasan itu dan ingin memperdalam pemahaman biologis.

Karena sulit menganalisis lumba-lumba berhubungan seks dalam laboratorium untuk mengumpulkan data seperti detak jantung, atau memindai otak, mereka memutuskan untuk mempelajari fitur klitoris lumba-lumba untuk membuat kesimpulan.

Untuk makalah tersebut, mereka melakukan analisis rinci pada klitoris dari 11 lumba-lumba betina yang telah mati secara alami dan menemukan bukti kuat untuk mendukung fungsi organ tersebut.

Pertama, adalah adanya struktur jaringan ereksi, dengan banyak pembuluh darah.

"Artinya ini adalah jaringan yang benar-benar dipenuhi darah, sangat mirip penis, dan klitoris manusia," kata Brennan.

Bentuk strukturnya berubah dari ketika lumba-lumba masih kecil hingga dewasa, mengindikasi penggunaannya ketika hewan itu dewasa secara seksual.

Kedua, klitoris punya banyak saraf besar dan banyak ujung saraf berada tepat di bawah kulit, mirip dengan ujung jari dan alat kelamin manusia.

Terlebih, kulit klitoris sangat tipis untuk meningkatkan sensitivitas.

Terakhir, peneliti menemukan struktur sensorik yang yang sangat mirip dengan yang ditemukan pada penis dan klitoris manusia dan ada pada tubuh untuk memberikan kenikmatan.

Brennan merasa heran dengan kurangnya riset tentang seksualitas hewan betina, padahal hal itu juga penting untuk diteliti. Sebagai contoh, riset sebelumnya menunjukkan kesuksesan inseminasi artifisial dari sapi dara (calon indukan) dan babi meningkat drastis ketika seseorang menstimulasi alat kelamin binatang.

"Orang mungkin merasa tak nyaman jika mereka tahu kalau demi mendapatkan daging sapi, seseorang harus menstimulasi klitoris sapi," katanya.

Mempelajari seksualitas hewan juga punya implikasi untuk kesehatan manusia, kata Brennan.

"Ada banyak perempuan yang punya masalah seputar seks, misalnya, terkait gairah atau rasa sakit saat seks dan kesulitan orgasme," katanya.

Mempelajari mamalia bisa meningkatkan pemahaman tentang alasan, serta memberikan solusi yang memungkinkan.

Sebagian alasan dari pengabaian seksualitas perempuan mungkin berdasar dari jumlah perempuan peneliti yang tidak seimbang. Bahkan klitoris perempuan belum dijelaskan sepenuhnya sebelum tahun 1990-an.

Brennan selanjutnya berencana untuk mengalihkan fokus ke alpaca, yang bersanggama hingga setengah jam, jauh lebih lama daripada sesama ungulata atau hewan berkuku. Dia menduga pejantan alpaca mungkin merangsang klitoris betina, memfasilitasi reproduksi.

Baca juga: Manfaat sunat bayi perempuan menurut ahli

Baca juga: Di balik perilaku rumit satwa paling cerdas

Baca juga: Prancis larang penangkaran lumba-lumba dan paus pembunuh

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022