• Beranda
  • Berita
  • HSBC perkirakan ekonomi Asia Tenggara tumbuh 5,2 persen di 2022

HSBC perkirakan ekonomi Asia Tenggara tumbuh 5,2 persen di 2022

11 Januari 2022 17:22 WIB
HSBC perkirakan ekonomi Asia Tenggara tumbuh 5,2 persen di 2022
Tangkapan layar - Chief Investment Officer Sutheast Asia HSBC James Cheo dalam media briefing, Selasa (11/1/2022). ANTARA/Sanya Dinda.

game changer nya adalah RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), perjanjian ekonomi terbesar di dunia yang akan membawa investasi masuk ke wilayah, terutama untuk Indonesia, akan ada investasi terkait deposit nikel

Chief Investment Officer Sutheast Asia HSBC James Cheo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara di 2022 akan mencapai 5,2 persen year on year.

"Asia Tenggara akan tumbuh 5,2 persen yang game changer nya adalah RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), perjanjian ekonomi terbesar di dunia yang akan membawa investasi masuk ke wilayah, terutama untuk Indonesia, akan ada investasi terkait deposit nikel," kata James dalam media briefing daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Konsumsi masyarakat di Asia diperkirakan akan pulih secara signifikan tahun ini. Sementara itu pemulihan sektor pariwisata akan bergelombang yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah untuk mengatasi COVID-19.

Chief Investor Officer Asia HSBC Fan Cheuk Wan mengatakan Asia Tenggara akan mengakselerasi pertumbuhan Asia, yang terutama didorong oleh Singapura.
Sebagaimana pertumbuhan ekonomi global, ekonomi Asia juga akan tumbuh moderat di 2022 dengan pasar ekuitas dan kredit yang tetap resilien.

"Kami pikir resiliensi dan daya saing sektor manufaktur di wilayah akan terus menjadi pendorong pertumbuhan yang moderat ini," imbuhnya.

Ia juga memperkirakan bank-bank sentral di Asia tidak akan meningkatkan suku bunga secara agresif sebagaimana yang diproyeksikan dilakukan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, di samping tappering off. Hal ini antara lain karena pasar tenaga kerja yang relatif terjangkau dan pemulihan konsumsi masyarakat yang terlambat.

"Kami juga tidak melihat peningkatan inflasi yang signifikan di Asia karena kita jauh lebih resilien dari disrupsi global supply chain karena COVID-19," katanya.

Di sisi lain aktivitas ekonomi yang dijalankan di Asia dipandang akan tetap aktif dalam menjaga penyebaran COVID-19, terutama yang dilakukan di negara-negara di Asia Utara.

Baca juga: HSBC: Ekonomi digital Indonesia dapat meningkat hingga lima kali lipat
Baca juga: Pengamat nilai pandemi masih ganggu pertumbuhan ekonomi 2022
Baca juga: HSBC proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 5,1 persen di 2022

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022