Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tapanuli Utara (Taput), Jahormat Lumangaol dihubungi ANTARA dari Medan, Minggu, mengatakan, penambahan rumah yang mengalami kerusakan atau yang roboh itu, masih hasil data sementara yang diperoleh petugas pencatat yang turun ke lokasi gempa.
Tidak tertutup kemungkinan, menurut dia, jumlah kerusakan rumah akibat gempa yang melanda wilayah Pantai Barat Sumatera Utara itu akan terus bertambah, karena belum seluruhnya terdata petugas.
Apalagi, katanya, beberapa desa yang dikunjungi petugas di empat kecamatan itu, yakni Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Simangumban dan Kecamatan Purba cukup jauh dan sangat sulit ditempuh.
"Tingkat kesulitan tersebut, karena beberapa desa sangat jauh dan ini harus ditempuh dengan berjalan kaki, misalnya Desa Nahornop Marsada di Kecamatan Pahae Jae,sekitar 76 Km arah barat Kota Tarutung atau 379 Km arah Timur Kota Medan," kata juru bicara Pemkab Taput itu.
Dia mengatakan, kendati daerah yang dilalui cukup berat, namun tidak membuat petugas yang mendata rumah yang rusak itu menjadi patah semangat.Selama pascagempa ini petugas tak mengenal lelah sedikit pun di lapangan, memiliki tanggungjawab yang cukup tinggi.
Bahkan, selama lima hari pascagempa, petugas pencatat terus berada di lapangan, begitu juga pegawai Pemkab Taput yang memberikan bantuan makanan berupa beras, supermi, gula, minyak, dan lain sebagainya.
"Pemerintah juga sangat peduli memperhatikan keadaan warganya yang kehilangan rumah maupun harta benda, akibat bencana gempa tersebut," katanya.
Lebih jauh Lumbangaol mengatakan, hasil sementara kerusakan rumah sebelumnya, Kamis (16/6) sekitar 846 rumah, Rabu (15/6) 375 rumah dan saat kejadian gempa yakni Selasa (14/6) sekitar 196 rumah.
"Jumlah kerusakan rumah penduduk akibat gempa itu akan terus bertambah," kata Lumbangaol.
124 ruang sekolah rusak
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara, Joskar Limbong, mengatakan, saat ini pihaknya masih terus melakukan pendataan berapa banyak sekolah di daerah itu yang rusak akibat gempa tersebut.
"Sampai saat ini data yang sudah kami dapat adalah 124 ruang sekolah rusak, baik rusak berat, sedang maupun ringan tingkat SD, SMP, SMA maupun SMK di empat kecamatan yakni Kecamatan Pahae Jae, Pahae Julu, Purba Tua dan Simangumban," katanya dihubungi dari Medan, Jumat (17/6)
Secara rinci ruang sekolah yang rusak tersebut yakni di Kecamatan Pahae Jae sebanyak 91 ruang, 60 rusak sedang dan 31 rusak ringan. Kecamatan Pahae Julu 18 ruang sekolah rusak sedang, Kecamatan Simangumban 13 rusak, 7 rusak sedang dan enam rusak berat dan di Kecamatan Purba Tua ada dua ruang sekolah rusak sedang.
Ia mengatakan, akibat gempa yang menyebabkan ratusan ruang sekolah rusak itu, memaksa siswa harus belajar di tenda-tenda darurat di berbagai tempat baik di halaman sekolah maupun di sekitar lokasi penampungan pengungsi.
"Saat ini siswa-siswa SD dan SMP sedang mengikuti ujian kenaikan kelas. Karena kedaan ruang sekolah yang tidak memungkinkan, beberapa sekolah terpaksa melakukan ujian dengan menggunakan dua gelombang yakni pagi dan sore," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara Syaiful Syafri mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh sedikitnya 1.500 siswa SD dan SMP di kabupaten tersebut terpaksa mengikuti ujian di tenda-tenda darurat akibat rusaknya bangunan sekolah mereka.
"Ujian kenaikan kelas kali ini harus dilakukan sebagian siswa di tenda-tenda darurat. Meski demikan saya mengimbau para siswa untuk tetap semangat belajar dan tetap menguji ujian kendati sekolah mereka roboh akibat gempa. Kita juga sudah memberikan bantuan peralatan sekolah berupa baju seragam dan tas sekolah sebanyak 1.000 paket," katanya.
Sebelumnya, staf Pelayanan Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Albertus Simanullang mengatakan, gempa Selasa (14/6) terjadi dua kali, yakni berpusat di 1,79 lintang utara (LU) dan 99,13 bujur timur (BT).
Gempa pada pukul 07.08 WIB itu terjadi di 30 kilometer tenggara Tarutung dengan kedalaman 10 kilometer di bawah tanah. Gempa kedua berpusat di 1,83 LU dan 99,07 BT atau 22 kilometer tenggara Tarutung dengan kedalaman 10 kilometer di bawah tanah.
Gempa tersebut tidak memiliki potensi menimbulkan gelombang tsunami.(*)
(ANTARA)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011