Oleh karena itu, pemerintah akan memantau secara ketat perkembangan kasus Omicron di Tanah Air serta segera mengambil langkah antisipasi yang diperlukan.
"Perawatan di RS akan menjadi salah satu indikator utama. Kami akan high alert atau siaga utama ketika BOR (Bed Occupancy Ratio/tingkat keterisian tempat tidur) mendekati 20-30 persen di rumah sakit," kata Luhut dalam keterangan pers melalui tayangan video yang diterima di Jakarta, Selasa.
Koordinator PPKM Jawa Bali itu mengungkapkan per Selasa, jumlah kasus Omicron mencapai 802 kasus, yang sebagian besar masih disumbangkan oleh pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Dari 537 kasus di Jakarta, 435 kasus di antaranya berasal dari PPLN.
"Oleh karenanya, untuk kesekian kalinya, kami sekali mengimbau masyarakat untuk tidak bepergian dulu ke luar negeri dalam 2-3 minggu ke depan, untuk menjaga penularan dari luar negeri," tegasnya.
Baca juga: Puncak gelombang Omicron di Indonesia diperkirakan awal Februari
Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) itu mengemukakan saat ini Omicron telah teridentifikasi di 150 negara dan menimbulkan gelombang baru dengan puncak yang lebih tinggi di berbagai negara dunia.
Indonesia, lanjutnya, bukan tidak mungkin dapat mengalami hal yang sama.
"Namun kita tidak perlu panik, tetapi kita tetap waspada. Karena pengalaman kita menghadapi Delta varian kemarin," ujarnya.
Luhut menegaskan kondisi Indonesia saat ini jauh lebih siap dalam menghadapi potensi gelombang varian Omicron.
Kesiapan itu didukung oleh tingkat vaksinasi yang sudah lebih tinggi, kapasitas pengetesan dan pelacakan yang jauh lebih tinggi, hingga sistem kesehatan yang jauh lebih siap baik dalam hal obat-obatan, tempat tidur rumah sakit, tenaga kesehatan, oksigen dan fasilitas isolasi terpusat.
Ia kembali mengingatkan semua pihak tetap harus disiplin terhadap protokol kesehatan.
Baca juga: Luhut ingatkan pelaku perjalanan luar negeri tak minta dispensasi
Ia juga meminta semua pihak kompak dan tidak saling menyalahkan.
"Saya berharap kita semua kompak, tidak perlu saling menyalahkan. Karena ini memang sudah tidak bisa dihindari. Tapi kita bisa memitigasi hingga dalam keadaan terkendali atau dampak yang minimal," katanya
Luhut meminta masyarakat tidak panik.
Ia mengatakan bahwa meski kasus kemungkinan akan meningkat, semua pihak tetap harus waspada dan bekerja sama untuk tetap disiplin.
"Kita harus bersatu padu menghadapi musuh bersama varian Omicron. Karena hanya dengan bersatu, kita bisa mengatasi gelombang baru dan keluar dari pandemi COVID-19 ini," katanya.
Baca juga: WHO: Terlalu dini anggap COVID seperti flu saat Omicron menyebar
Baca juga: Satgas: Kasus COVID-19 di Indonesia alami kenaikan dua minggu terakhir
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022