"Ini salah satu bentuk antisipatif yang kita selalu tahu selama pandemi anggaran nomor satu selalu kesehatan, sehingga booster ini sudah kami anggarkan," kata Febrio dalam Taklimat Media – Tanya BKF yang bertajuk "Dinamika Ekonomi Terkini dan Strategi Kebijakan Fiskal" di Jakarta, Rabu.
Selain itu, akan terdapat pula hibah 100 juta dosis vaksin COVAX yang akan dimanfaatkan untuk vaksinasi booster pada tahun ini, sebagai bentuk kerja sama global dalam mengantisipasi pandemi COVID-19.
Baca juga: Kemenkeu: Belanja perpajakan dan insentif PEN 2020 capai Rp290 triliun
Ia menuturkan antisipasi pandemi memang sudah seharusnya menjadi barang publik global, karena secara global tidak mungkin ada pemulihan dari pandemi jika masih ada satu atau dua negara yang vaksinasinya tidak berjalan.
"Contohnya Afrika yang tiba-tiba dilanda varian Omicron karena vaksinasinya masih rendah, masih di bawah 20 persen. Banyak negara di Afrika vaskinasinya masih di bawah 10 persen, bahkan sampai hari ini," jelasnya.
Maka dari itu, Febrio menegaskan Pemerintah Indonesia sebagai Presidensi G20 akan terus mendorong dunia bekerja sama dalam vaksinasi COVID-19, khususnya negara maju yang sudah bisa memproduksi vaksin seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.
Dengan demikian, akan dipikirkan bagaimanapun caranya agar produksi vaksin diperbanyak dan distribusinya ke negara kurang mampu seperti Afrika.
Menurut dia, Indonesia sendiri sudah menyiapkan ketersediaan vaksin COVID-19 sejak akhir tahun 2020 dan menggencarkan vaksinasinya sejak awal 2021, sehingga vaksinasi di Tanah Air tergolong cepat dan menduduki peringkat kelima di dunia.
Baca juga: Kemenkeu perkirakan defisit APBN 2022 turun ke 4,3 persen PDB
"Kami akan terus mendorong ini sebagai leaderhsip G20 supaya banyak negara yang makin pulih perekonomiannnya. Tetapi tidak mungkin pulih kalau vaksinasinya tidak berjalan dan kesehatannya belum baik, nah ini yang kami dorong di G20," tegas Febrio.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022