• Beranda
  • Berita
  • Sering sakit pinggang atau punggung? Bisa saja kamu memiliki skoliosis!

Sering sakit pinggang atau punggung? Bisa saja kamu memiliki skoliosis!

12 Januari 2022 20:31 WIB
Sering sakit pinggang atau punggung? Bisa saja kamu memiliki skoliosis!
Ilustrasi (shutterstock) (/)
Jakarta (ANTARA) - Keluhan nyeri atau pegal-pegal pada pinggang atau punggung sangat umum terjadi pada siapa saja. Namun, jika keluhan ini terus-menerus timbul dan lokasinya spesifik di satu sisi tubuh saja (misalnya: pinggang bawah kiri, punggung atas kanan) maka bisa saja Anda mengidap penyakit skoliosis.

Apa itu skoliosis?

Skoliosis merupakan kelainan tiga dimensi pada tulang belakang, dimana tulang belakang tidak hanya melengkung ke samping, tetapi juga mengalami rotasi atau perputaran. Kelainan tulang ini biasanya menyebabkan tubuh tampak miring ke satu sisi, dan ada salah satu sisi bahu atau panggul yang lebih tinggi dibandingkan sisi lainnya.

Secara sederhana rotasi pada skoliosis dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan Adam’s test, yaitu dengan meminta pasien membungkuk ke depan, kemudian melihat dari belakang pasien, apakah tampak punuk (hump) pada salah satu sisi punggung atau pinggang.

Mengapa skoliosis menyebabkan sakit pinggang?

Akibat tulang belakang yang membengkok dan mengalami rotasi, panjang dan tonus otot-otot sepanjang punggung dan pinggang antara sisi kanan dan kiri menjadi tidak seimbang. Pada satu sisi, serabut otot memanjang dan tonusnya menjadi lebih rendah, sedangkan di sisi lainnya serabut otot memendek dan mengalami kekakuan / tightness. Hal inilah yang menyebabkan keluhan pegal atau nyeri yang terus-menerus dirasakan penderita skoliosis.

Apa yang menyebabkan skoliosis?

Sekitar 8 dari 10 kasus skoliosis merupakan skoliosis idiopatik. Dengan kata lain, mayoritas kasus skoliosis tidak diketahui dan tidak ditemukan penyebab yang jelas. Penyebab lainnya yang lebih jarang dapat berupa: kelainan kongenital (bawaan lahir), kelainan neuromuskular, kelainan jaringan ikat, atau proses penuaan (degeneratif).

Skoliosis idiopatik bukan disebabkan oleh trauma atau kecelakaan. Skoliosis idiopatik juga tidak diakibatkan dari kesalahan postur atau kebiasaan sehari-hari. Namun faktor keturunan diduga juga menjadi faktor risiko, dimana pada penelitian ditemukan sekitar 30% dari penderita skoliosis idiopatik memiliki riwayat keluarga dengan skoliosis. Kejadian skoliosis juga sering ditemukan pada saudara kandung dan saudara kembar.

Siapa yang dapat mengalami skoliosis?

Skoliosis idiopatik memang paling umum ditemukan pada usia anak-anak dan remaja. Pada masa puber, terjadi pertumbuhan tulang dan penambahan tinggi badan sangat pesat sehingga skoliosis dapat bertambah dengan cepat. Tetapi bisa juga seseorang baru menyadari kondisi skoliosis di usia dewasa.

Biasanya timbul pertanyaan, apakah skoliosis ini memang baru saja muncul di usia dewasa, ataukah terlambat dideteksi saat masih anak-anak atau remaja. Jawabannya: keduanya bisa terjadi.

1. Skoliosis Idiopatik Remaja yang terlambat dideteksi
Anak-anak dan remaja yang menderita skoliosis idiopatik jarang mengeluhkan nyeri. Hal ini juga yang menyebabkan seseorang bisa saja tidak menyadari adanya skoliosis sampai usia dewasa. Tingkat keparahan kurva juga berperan dalam deteksi dini skoliosis. Skoliosis ringan-sedang bisa saja tidak menimbulkan kelainan fisik yang cukup menonjol untuk menjadi perhatian orang tua.
Padahal, sekitar 60% dari kasus skoliosis idiopatik berisiko mengalami progresi atau penambahan derajat kurva pada usia dewasa. Menurut penelitian, skoliosis pada orang dewasa, dengan derajat Cobb’s >30o berisiko mengalami penambahan derajat kurva sebesar 0.5o – 1o per tahun. Semakin besar kurva skoliosis, maka semakin besar pula risiko progresi dan penambahan derajat kurvanya. Maka tidak jarang, penderita skoliosis baru menyadari kondisi nya di usia dewasa karena besar kurva yang bertambah dan keluhan nyeri punggung atau pinggang yang baru timbul.

2. Skoliosis De Novo yang baru saja muncul
Istilah “De Novo” artinya “baru”. Skoliosis De Novo adalah skoliosis yang baru pertama kali muncul pada usia dewasa, disebabkan proses penuaan (proses degeneratif pada tulang belakang). Umumnya muncul pada usia di atas 40 – 50 tahun.
Dengan bertambahnya usia, terjadi proses penuaan pada sendi-sendi dan ligamen-ligamen tulang belakang. Osteoporosis (pengeroposan tulang) juga dapat berperan dalam terjadinya skoliosis de novo.
Berbeda dengan skoliosis idiopatik yang jarang menimbulkan keluhan nyeri pada anak-anak dan remaja, penderita skoliosis de novo sering mengeluhkan nyeri punggung bawah yang cukup mengganggu. Hal ini disebabkan menurunnya stabilitas tulang belakang dan kekuatan otot punggung pada orang tua.

Pengobatan/Penanganan Skoliosis di usia dewasa

Penderita skoliosis dewasa sering mengeluhkan nyeri punggung atau pinggang yang cukup mengganggu aktivitas. Hal ini disebabkan menurunnya stabilitas tulang belakang dan kekuatan otot punggung pada orang dewasa, jika dibandingkan dengan anak-anak dan remaja.

Skoliosis sendiri dapat dibedakan menjadi 3 tingkat keparahan berdasarkan besarnya derajat kelengkungan kurva / Cobb’s angle:

 - ringan (mild): 10 derajat sampai 24 derajat
 - sedang (moderate): 25 derajat sampai 40 derajat
 - berat (severe): lebih dari 40 derajat

Namun sebetulnya derajat kurva skoliosis tidak selalu berkorelasi dengan berat keluhan yang dirasakan, artinya pasien dengan skoliosis ringan bisa saja mengalami keluhan nyeri lebih berat dibanding yang sedang. Karena keseimbangan dan kekuatan otot sangat mempengaruhi gejala yang dirasakan pasien. Pasien skoliosis yang terbiasa hidup aktif dan memiliki kekuatan otot punggung yang baik bisa saja tidak memiliki keluhan nyeri dan hidup dengan normal, biarpun derajat skoliosisnya cukup besar.

Latihan kekuatan otot yang spesifik pada pasien skoliosis sangat penting dilakukan, misalnya dengan melakukan latihan Schroth. Latihan Schroth bersifat asimetris dan bertujuan untuk melatih dan menguatkan sisi otot yang lemah, serta mengembalikan refleks postural alami tubuh, yang diharapkan dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

Pada kasus yang berat, pasien skoliosis dewasa juga dapat menggunakan terapi dengan brace skoliosis. Meskipun koreksi kurva skoliosis paling optimal terjadi pada masa pertumbuhan (remaja), perbaikan kualitas hidup dan tampilan fisik penderita skoliosis tetap dapat terjadi biarpun di usia dewasa. Karena itu apabila kamu memiliki kecurigaan skoliosis, periksakan dahulu ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.

Jika Anda ingin mendapat metode terapi yang aman dan terpercaya, anda dapat mengunjungi kliniktulangbelakang.com karena penyembuhan skoliosis akan aman jika dilakukan oleh para dokter yang sudah terbukti ahli menangani penyakit tulang belakang.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2022