• Beranda
  • Berita
  • Mendag: Kolaborasi antarnegara kunci hadapi tantangan perdagangan

Mendag: Kolaborasi antarnegara kunci hadapi tantangan perdagangan

12 Januari 2022 22:46 WIB
Mendag: Kolaborasi antarnegara kunci hadapi tantangan perdagangan
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU.

Inilah waktunya untuk berkolaborasi antarnegara dan bangsa. Diharapkan kita dapat menciptakan perdagangan yang adil dan perdagangan yang menguntungkan untuk setiap orang

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan kolaborasi antarnegara menjadi kunci dalam menghadapi tantangan perdagangan dunia di masa depan.

Hal tu disampaikan Mendag Lutfi saat memberikan sambutan pada acara Standard Chartered’s Global Research Briefing H1 2022 yang digelar secara virtual pada Rabu (12/1).

“Inilah waktunya untuk berkolaborasi antarnegara dan bangsa. Diharapkan kita dapat menciptakan perdagangan yang adil dan perdagangan yang menguntungkan untuk setiap orang,” ujar Mendag lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.

Mendag mengungkapkan, pada 2022 Dunia menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut yakni perubahan nilai logistik, krisis energi, dan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.

Terkait logistik, jika penyumbatan di berbagai pelabuhan di dunia tidak diselesaikan, perdagangan akan sulit untuk menopang pada 2022. Sementara untuk krisis energi, jika harganya masih tinggi, seperti saat ini, dikhawatirkan dapat memberikan ancaman dalam ekonomi.

“Ketiga permasalahan ini akan Indonesia bawa ke G20 dan juga sistem perdagangan multilateral. Diharapkan kita dapat mengatasi ketiga permasalahan tersebut dan dapat terus melanjutkan perdagangan. Sehingga perdagangan dapat menjadi mesin pertumbuhan, bukan hanya untuk Indonesia tapi juga untuk seluruh dunia, karena kita tidak dapat melakukannya sendiri,” ungkap Mendag.

Dalam paparannya, Mendag menyampaikan 2021 merupakan tahun pemecahan rekor bagi perdagangan Indonesia. Pada periode Januari-November 2021, ekspor Indonesia mencapai 209,16 miliar dolar AS atau naik 42,62 persen dibanding periode yang sama 2020.

“Pada periode ini, Indonesia juga mengalami surplus 34,32 miliar dolar AS. Tahun ini, pertumbuhan perdagangan sangat kuat. Jika kondisi ini konsisten, surplus Indonesia pada 2021 berkisar 36 - 37 miliar dolar AS. Ini jumlah tertinggi, lebih tinggi dari 2011,” kata Mendag.

Dikatakannya, ekspor nonmigas terbesar Indonesia berasal dari batubara, diikuti minyak kelapa sawit (CPO), serta produk besi dan baja. Khusus untuk besi dan baja, pada periode Januari-November 2021 tercatat sebesar 18,62 miliar dolar AS tumbuh mencapai 92,83 persen dibanding periode yang sama tahun 2020.

“Batubara dan CPO tumbuh cukup baik, akan tetapi besi dan baja juga tumbuh sangat bagus sehingga diversifikasi ekspor menjadi lebih baik. Elektronik juga tumbuh cukup baik menempati posisi keempat. Namun, yang terpenting sektor otomotif juga meningkat dan diharapkan tahun ini akan lebih meningkat lagi sehingga menjadi salah satu sektor yang paling penting untuk Indonesia,” jelas Mendag.

Mendag juga menyampaikan, saat ini Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp16.032 triliun dan sekitar 4 persen atau Rp632 triliun berasal dari ekonomi digital.

Pada 2030 PDB tersebut diprediksi akan tumbuh menjadi sekitar Rp28.000 triliun dan digital ekonomi akan tumbuh paling tidak sekitar delapan kali lipat menjadi Rp4.531 triliun.

Pertumbuhan ekonomi digital terbesar berasal dari niaga elektronik sekitar Rp1.908 triliun atau sekitar 34 persen. Sektor bisnis akan mencakup satu per empat ekonomi digital Indonesia.

Mendag menambahkan, pada 2030, ekonomi digital Indonesia diperkirakan sebesar 323 miliar dolar AS. Artinya, ekonomi digital Indonesia 6 kali lebih besar dari Malaysia, 7 kali lebih besar dari Filipina, 8 kali lebih besar dari Singapura, dan paling tidak 4 kali lebih besar dari Vietnam.

“Jika Indonesia bisa mengikuti perkembangan Malaysia, ekonomi digital Indonesia bisa mencapai 417 miliar dolar AS, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara paling menguntungkan di Asia Tenggara untuk ekonomi digital,” tutup Mendag.

Baca juga: WTO: Perdagangan barang melambat karena masalah pasokan dan permintaan
Baca juga: Market besar, Indonesia jadi kiblat industri fesyen Muslim dunia
Baca juga: Kemenko Marves: 40 persen perdagangan dunia lewati Indonesia

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022