• Beranda
  • Berita
  • BRIN sarankan dana PEN 2022 difokuskan untuk sektor ritel

BRIN sarankan dana PEN 2022 difokuskan untuk sektor ritel

13 Januari 2022 09:40 WIB
BRIN sarankan dana PEN 2022 difokuskan untuk sektor ritel
Arsip foto - Petugas Loka POM Tulang Bawang sedang melakukan pemeriksaan makanan di salah satu ritel modern yang ada di wilayah Tulang Bawang. ANTARA/HO-Loka POM Tuba.

Sektor ritel itu yang perlu ditekankan karena kalau hanya UMKM yang diberi dana dan kredit yang banyak tetapi sektor ritelnya tidak berkembang, tidak akan ada yang beli juga meskipun sudah ada belanja online

Peneliti Madya Pusat Riset Ekonomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Umi Karomah menyarankan alokasi dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2022 difokuskan untuk sektor ritel agar lebih cepat terserap.

Fokus alokasi bantuan kepada sektor tersebut bisa diberikan dalam bentuk dana, subsidi kredit, maupun insentif usaha yang lebih besar.

"Sektor ritel itu yang perlu ditekankan karena kalau hanya UMKM yang diberi dana dan kredit yang banyak tetapi sektor ritelnya tidak berkembang, tidak akan ada yang beli juga meskipun sudah ada belanja online," kata Umi kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Dengan demikian, ia berharap fokus PEN pada tahun ini bisa diperbesar pada alokasi untuk pemulihan ekonomi.

Dalam program PEN tahun 2022, fokus utama anggaran diberikan kepada tiga bidang prioritas, yakni kesehatan dengan anggaran Rp117,9 triliun, perlindungan masyarakat Rp154,8 triliun, dan penguatan pemulihan ekonomi Rp141,4 triliun.

Umi berpendapat peningkatan alokasi untuk penguatan pemulihan ekonomi, khususnya untuk sektor ritel akan memperbaiki serapan program PEN yang hanya mencapai 88,4 persen pada tahun 2021.

"Jika diberikan lebih besar kepada perlindungan sosial, akan lebih rawan korupsi dan membutuhkan mekanisme yang ruwet, sehingga pada akhirnya serapan tidak terlalu besar," ungkapnya.

Selain sektor ritel, ia menilai sektor jasa juga perlu didorong pertumbuhannya pada tahun ini melalui insentif PEN, pasalnya sektor tersebut yang lebih cepat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibanding sektor makanan dan minuman.

"Sektor perumahan dan konstruksi itu juga perlu terus digenjot pada tahun ini, begitu pula dengan transportasi dan pariwisata," jelas Umi.

Baca juga: Kemenkeu: Belanja perpajakan dan insentif PEN 2020 capai Rp290 triliun
Baca juga: Indef: Dana PEN kesehatan perlu diperkuat guna tangkal dampak Omicron
Baca juga: Pengamat sebut perlu kecepatan realisasi anggaran PEN

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022