"Semakin orang diberikan keleluasaan, pengetahuan kemudian wawasan tentang kegunaan vaksin, tanpa harus memaksa orang pasti akan melakukan vaksinasi," ujar Rissalwan ketika dihubungi dari Jakarta pada Jumat.
Mendorong capaian vaksinasi di tengah potensi penyebaran varian Omicron dari COVID-19, dia melihat bahwa pendekatan dengan kewajiban melakukan vaksinasi tidak akan terlalu efektif untuk mendorong vaksinasi. Puncak gelombang Omicron sendiri diprakirakan terjadi di Indonesia pada awal Februari.
Edukasi menyeluruh tentang vaksin COVID-19, termasuk manfaat dan potensi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akan lebih efektif untuk mendorong semakin banyak masyarakat melakukan vaksinasi.
Baca juga: Pemkot Bogor tunggu tambahan dosis vaksin penguat
Baca juga: Vaksin Merah Putih Unair masuk uji klinis fase 1 di Februari 2022
"Tidak perlu dipaksa, tapi perbanyak edukasi tentang manfaat vaksinasi. Jadi orang perlu tahu apa yang dimasukkan ke dalam tubuhnya, tubuh anaknya," kata Rissalwan.
Hal itu akan mendorong masyarakat memahami secara menyeluruh terkait vaksinasi dan prosesnya, kata Direktur Eksekutif Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial (LKPS) itu.
Sebelumnya, Indonesia telah memulai pemberian vaksin COVID-19 dosis ketiga atau sebagai penguat (booster) pada 12 Januari 2022 yang memprioritaskan orang lanjut usia dan penderita imunokompromais yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap atau dua kali suntik dan minimal enam bulan setelah penyuntikan dua dosis.
Capaian vaksinasi Indonesia sendiri sampai 14 Januari 2021 menurut data Kementerian Kesehatan adalah 118.952.014 orang mendapatkan dosis secara lengkap dari 208.265.720 orang yang ditargetkan pemerintah.*
Baca juga: BRIN: Riset vaksin Merah Putih tidak terhambat karena proses integrasi
Baca juga: Anggota DPR: Keberhasilan vaksinasi skenario penting tangani COVID-19
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022