• Beranda
  • Berita
  • Pakar: Perlu sosok duta vaksin anak untuk edukasi vaksinasi

Pakar: Perlu sosok duta vaksin anak untuk edukasi vaksinasi

14 Januari 2022 17:31 WIB
Pakar: Perlu sosok duta vaksin anak untuk edukasi vaksinasi
Murid SDN 2 Syamsudin Noor Banjarbaru mengikuti vaksinasi. (ANTARA/Firman)

Dengan demikian psikis anak akan lebih siap menghadapi penyuntikan dan efek vaksin

Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan perlunya sosok duta vaksin anak dalam edukasi vaksinasi yang kini menyasar anak usia 6-11 tahun.

"Pemerintah perlu melibatkan anak dalam sosialisasi vaksinasi COVID-19. Dengan demikian psikis anak akan lebih siap menghadapi penyuntikan dan efek vaksin," jelas Syamsul Arifin di Banjarmasin, Jumat.

Ia menyebutkan duta vaksin anak dapat memberikan testimoni positif mengenai vaksin. Dengan demikian diharapkan teman sebayanya akan merasa aman dan akhirnya bersedia divaksinasi.

Baca juga: Paradigma hidup sehat harus mengemuka di tengah landainya pandemi

Diakui dia, masih ada sebagian dari orang tua siswa yang tidak setuju anaknya divaksinasi.

Mayoritas orang tua beralasan khawatir dan takut terhadap rumor yang ditimbulkan vaksin. Untuk itu, perlu dimaksimalkan sosialisasi dan edukasi terkait vaksinasi anak.

Di samping itu, tambah Syamsul, yang tidak kalah pentingnya agar para vaksinator benar-benar memeriksa kondisi kesehatan anak yang akan menjalani vaksinasi.

Baca juga: Pakar: Akselerasi vaksinasi percepat menuju endemi

Pemeriksaan kesehatan sebelum vaksinasi harus dilakukan dengan saksama untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

"Jangan sampai kelemahan skrining memicu kejadian yang tidak diinginkan, yang justru membuat pelaksanaan vaksinasi ini menjadi bumerang. Ini tentu akan menghambat diseminasi dan vaksinasi itu sendiri," papar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.

Syamsul menegaskan pula perlunya vaksinasi untuk anak 6-11 tahun. Apalagi dengan diberlakukannya pembukaan sekolah tatap muka secara bertahap, anak juga berpotensi menjadi pembawa virus COVID-19 setelah beraktivitas di luar rumah dan menularkannya kepada orang lain.

Baca juga: Pakar: Jadikan PTM faktor pendorong percepatan vaksinasi

Gejala pada anak memang ringan, tapi dia mengingatkan bahwa anak bisa menjadi sumber penularan bagi sekitarnya yang rentan di rumah seperti balita dan lansia dengan komorbid, terutama karena suatu sebab belum bisa divaksinasi.

Di samping itu, mempertimbangkan kemungkinan rendahnya kepatuhan anak dalam memakai masker yang benar, tidak berkerumun, menjaga jarak, juga mencuci tangan.

Baca juga: Sumsel dapat tambahan 289.200 dosis CoronaVac untuk vaksinasi anak

"Manfaat yang dapat diperoleh dengan vaksinasi pada anak 6-11 tahun ini meningkatkan daya tahan tubuh spesifik anak terhadap infeksi COVID-19," paparnya.
Murid SDN 2 Syamsudin Noor Banjarbaru nampak senang telah mengikuti vaksinasi. (ANTARA/Firman)


Vaksinasi terhadap anak usia 6 sampai 11 tahun mulai dilaksanakan pekan ini di Kalimantan Selatan. Seperti di SDN 2 Syamsudin Noor Banjarbaru, ratusan murid mengikuti vaksinasi dengan didampingi orangtua.

Seperti Nabila Azizah (11), murid kelas VI SD ini mengaku senang telah divaksin dan berharap dirinya bisa sehat terus terhindar dari COVID-19.

"Alhamdulilah senang sudah divaksin, semoga belajar di sekolah bisa normal kembali seperti dulu," ucapnya.

Baca juga: 11.282 anak di Mandailing Natal sudah dapat vaksinasi COVID-19

Baca juga: Dinkes sebut belum ada laporan KIPI vaksinasi anak di Ambon

Pewarta: Firman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022