"Kalau dibanding tes usap antigen, ini (RT-LAMP) perkiraan di atasnya. Kalau dibandingkan dengan RT-PCR, RT-LAMP bisa lebih murah," kata Yenny dalam Sapa Media BRIN dalam jaringan di Jakarta, Senin.
Baca juga: BRIN: Hasil tes COVID-19 dengan RT-LAMP diperoleh kurang dari satu jam
Harga diperkirakan bisa lebih murah, karena RT-LAMP tidak menggunakan alat PCR yang mahal, dan harga kit RT-LAMP lebih murah.
Reaksi amplifikasi gen target dengan metode RT-LAMP berlangsung kurang dari satu jam, sehingga diagnosa hasil COVID-19 bisa diperoleh lebih cepat, dengan hasil seakurat RT-PCR.
Metode PCR menjadi gold standard untuk mendeteksi COVID-19 dan paling akurat, namun hasil pengujian lebih lama dan biayanya relatif mahal.
Untuk itu, RT-LAMP yang dibuat tim peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN hadir untuk melengkapi kebutuhan metode deteksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Tanah Air.
RT-LAMP telah mempunyai Nomor Izin Edar Alat Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yakni Kemenkes RI AKD 2030322XXXX. Izin edar produk dengan merek dagang Qi-LAMP-O yang berlaku sampai Januari 2027.
Baca juga: BRIN: Pengembangan vaksin COVID-19 di Indonesia jadi tantangan besar
Baca juga: BRIN beri fasilitas pendanaan pengembangan reagen untuk tes COVID-19
"Kita berharap dengan adanya izin edar ini, Indonesia punya alternatif baru untuk deteksi COVID-19 selain RT-PCR," ujar Yenny.
RT-LAMP menggunakan sampel ekstrak RNA hasil usap (swab) hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik.
Yenny mengatakan pihaknya telah menguasai teknologi kunci RT-LAMP yang bermanfaat untuk tes molekuler, sehingga ke depan akan lebih siap dengan inovasi baru jika ada tantangan baru selain pandemi COVID-19.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022