• Beranda
  • Berita
  • Pakar: Kasus tendang sesajen di Semeru bisa diselesaikan kekeluargaan

Pakar: Kasus tendang sesajen di Semeru bisa diselesaikan kekeluargaan

17 Januari 2022 20:19 WIB
Pakar: Kasus tendang sesajen di Semeru bisa diselesaikan kekeluargaan
Pria berisial HF (tengah) saat diamankan Polda Jatim usai membuang dan menendang sesajen di area Gunung Semeru beberapa waktu lalu. ANTARA/Willy Irawan.

Pakar Sosiologi Universitas Airlangga Surabaya Prof Bagong Suyanto berpendapat kasus menendang dan membuang sesajen di kawasan Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

”Menurut saya memang tidak perlu memperpanjang masalah ini sampai ke ranah hukum. Kita bisa menyelesaikannya dengan cara kekeluargaan dan yang terpenting ketika pelaku sudah meminta maaf," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Senin.

Selain itu, kata dia, pelaku berinisial HF yang saat ini diamankan di Polda Jatim tersebut tidak berasal dari Lumajang sehingga tidak mengetahui adat istiadat setempat.

Kendati demikian, dosen di Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tersebut tetap tak menyetujui tindakan yang dilakukan dengan cara membuang sesajen.

Baca juga: Rektor UIN Yogyakarta minta proses hukum penendang sesajen dihentikan

Baca juga: Rektor UIN Sunan Kalijaga minta penendang sesajen di Semeru dimaafkan


Terlebih, lanjut Prof Bagong, Indonesia adalah bangsa multikulturalisme sehingga setiap orang perlu menghargai perbedaan.

“HF kan orang luar daerah yang datang ke komunitas lokal (masyarakat Lumajang). Maka dia harus berempati dan belajar memahami perbedaan," kata Dekan FISIP Unair tersebut.

Ia juga menuturkan bahwa hal ini bisa menjadi pelajaran bersama agar mau mengenal dan memahami ritual dari agama serta kepercayaan lain.

Prof Bagong mengatakan bahwa masyarakat boleh saja mempercayai dan mengimani suatu keyakinan, akan tetapi tidak perlu menyalahkan atau merendahkan yang lainnya.

“Cukup dirasakan sendiri tanpa menyinggung keyakinan lain,” tutur dia.

Pihaknya berharap tidak terulang kejadian serupa serta saling menghormati dan kesediaan untuk menerima bahwa perbedaan itu ada.

“Kita harus berempati dan bertoleransi dan kuncinya adalah memahami dan menerima segala bentuk perbedaan," ucap dosen yang dinobatkan sebagai peneliti terbaik Unair versi Google Scholar tersebut.*

Baca juga: Polda Jatim tetapkan penendang sesajen di Semeru sebagai tersangka

Baca juga: Penangkapan pelaku penendang sesajen di Semeru dilakukan tim gabungan

Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022