Sungai Raya, Kalimantan Barat (ANTARA News) - Kepala Bidang Observasi Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Supadio, Sri Ningsih, mengatakan pihaknya menemukan delapan titik api pada beberapa daerah di Kalimantan Barat.menghimbau agar masyarakat khususnya para petani tidak membakar lahan untuk mengantisipasi ketebalan asap yang dapat mengganggu kesehatan dan transportasi penerbangan
"Ada delapan titik api yang ditemukan berdasarkan pemantauan pada tanggal 24 dan 25 Juni lalu. Di Kapuas Hulu ada satu, Kabupaten Kubu Raya satu, Sambas empat dan Sintang dua," katanya di Sungai Raya, Senin.
Dia menjelaskan, pada tanggal 26 Juni jarak pandang memang sempat turun dengan kisaran 600 meter pada pagi dan malam hari. Namun pada hari ini jarak pandang kembali normal.
Titik api tersebut saat ini kemungkinan sudah berkurang karena pagi tadi hujan turun pada wilayah Kalimantan Barat bagian utara. Sri juga mengatakan, titik api tersebut sampai saat ini masih belum mengganggu transportasi penerbangan, khususnya pada Bandara Supadio Pontianak.
Pasalnya, asap yang disebabkan dari titik api tersebut masih bisa dikatakan normal yaitu pada jarak pandang pagi tadi cukup baik yakni dua kilometer.
"Jarak pandang tidak ada masalah karena tadi pagi sudah hujan. Namun, pada wilayah Kalimantan Barat bagian Timur dan Selatan kemungkinan sampai Agustus nanti tidak akan turun hujan, kalaupun ada intensitasnya rendah," katanya.
Berbeda dengan wilayah Kalimantan Barat bagian utara, meski panas hingga bulan Agustus mendatang, namun hujan masih akan turun.
Meski demikian, Sri menghimbau agar masyarakat khususnya para petani tidak membakar lahan untuk mengantisipasi ketebalan asap yang dapat mengganggu kesehatan dan transportasi penerbangan.
Untuk itu dia juga menghimbau agar pemerintah kabupaten/kota dapat menghimbau masyarakatnya untuk tidak membakar lahan. Pasalnya, jika tidak segera diantisipasi dikhawatirkan asap akan kembali tebal, khususnya di wilayah Kalimantan Barat bagian Timur dan Selatan.
(ANT.PSO-171)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011