Dalam satu pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor persnya, Sesjen PBB itu menyampaikan keprihatinannya yang mendalam mengenai keselamatan dan kesejahteraan warga sipil yang terperangkap dalam pertempuran yang bertambah sengit di wilayah Vanni, Sri Lanka, antara Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) dan pasukan pemerintah.
"Ia menyeru LTTE dan pemerintah Sri Lanka agar segera mencapai persetujuan dan prioritas mutlak guna menjamin perlindungan dan keselamatan warga sipil, termasuk pekerja bantuan kemanusiaan," demikian bunyi pernyataan tersebut seperti dilaporkan Xinhua.
"Pemerintah dan LTTE harus menjamin bahwa semua orang, termasuk orang yang kehilangan tempat tinggal, diperlakukan sejalan dengan Hukum Kemanusiaan Internasional."
Sesjen PBB menyeru kedua pihak agar menghormati "daerah bebas tembakan", "daerah aman" dan prasarana sipil termasuk sekolah, instalasi medis dan aset serta instalasi kemanusiaan.
Ia menyampaikan keprihatinan yang mendalam sehubungan dengan situasi kemanusiaan yang kian mengerikan, dan mendesak semua pihak untuk mengizinkan dan memungkinkan gerakan 250.000 warga sipil yang saat ini berada di daerah pertempuran ke daerah aman.
Ban menghargai kerja sama pemerintah Sri Lanka dalam memfasilitasi penempatan kembali staf PBB dan mendesak kerja sama lebih lanjut dari semua pihak sehubungan dengan masalah tersebut.
Sementara itu, jurubicara PBB Marie Okabe mengatakan PBB, serta lembaga bantuan lain, masih menempatkan staf di Sri Lanka utara. Mereka dengan susah-payah bekerja untuk menyedikan bantuan kemanusiaan bagi sebanyak 250.000 warga sipil yang terperangkap di daerah tersebut --tempat pertempuran masih berlangsung.
Hampir 5.000 orang telah berhasil keluar dari zona itu, yang dikuasai LTTE ke daerah yang dikuasai pemerintah sejak November lalu, kata Okabe.
Badan PBB Urusan Pengungsi telah menjadi pelopor dalam merancang panduan bagi bantuan guna mengakomodasi orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka dan menyelamatkan diri dari wilayah Vanni, tambahnya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009