Korea Utara dilaporkan menembakkan dua misil jarak pendek ke perairan timur pada Senin (17/1), yang merupakan peluncuran misil keempat Korut dalam waktu kurang dari dua pekan.
"Saya pikir, tidak banyak periode dalam beberapa waktu belakangan ini ketika kita melihat begitu banyak peluncuran (misil) dari Korea Utara," kata Dujarric.
"Dan bagi kita, itu merupakan pengingat lain tentang perlunya Korut dan semua pihak yang terkait untuk melibatkan diri dalam pembicaraan diplomatik sehingga kita bisa mendapatkan hal yang PBB ingin lihat, yakni denuklirisasi Semenanjung Korea yang dapat diverifikasi dan penurunan ketegangan dalam waktu cepat," ujarnya.
Ketika ditanya mengenai apakah Guterres seharusnya menghubungi Pyongyang, Dujarric menyarankan untuk terlebih dahulu mempergunakan mekanisme pembicaraan yang sudah ada.
"Saya rasa sudah ada mekanisme dan jalur komunikasi yang tersedia. Dan saya pikir, untuk saat ini, itu harus digunakan. Sekjen PBB sangat mendukung kerangka diplomatik yang sudah ada seperti itu. Mekanisme dan jalur komunikasi yang tersedia memang perlu digunakan," ucap Dujarric.
Kepala Badan Unifikasi Korea Selatan pada Senin (17/1) mengatakan bahwa militer Korsel mendeteksi dua misil, yang diduga sebagai rudal balistik jarak pendek, yang diluncurkan dari lapangan terbang Sunan milik Korea Utara di Pyongyang.
Kantor berita Korea Utara (KCNA) pada pekan lalu mengatakan bahwa resimen rudal kereta api negara itu melakukan uji coba penembakan dua rudal taktis pada Jumat (14/1). Pyongyang mengatakan pihaknya berhasil melakukan uji coba peluncuran rudal hipersonik pada 5 Januari 2022 dan rudal dari jenis yang sama pada 11 Januari 2022.
Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2022