"Kontribusi ormas Islam ini hadir sebelum adanya negara Indonesia," kata TGB, saat webinar nasional dengan tema "Kontribusi Strategis Ormas Islam pada Bangsa dan Negara" yang merupakan rangkaian Muktamar Pertama NWDI, dalam keterangan tertulis diterima wartawan di Mataram, Selasa.
Pembahasan mengenai ormas Islam ini, kata TGB, sapaan akrabnya, bukan bermaksud untuk membanggakan, tetapi untuk memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai peran ormas Islam untuk Indonesia di masa mendatang.
Kiprah ormas Islam setelah Indonesia lahir, lanjut TGB, tak sekadar berbicara mengenai keislaman dan kebangsaan, namun juga memberikan kemaslahatan dan banyak manfaat bagi umat.
Ia mencontohkan pendirian NWDI yang jauh sebelum masa kemerdekaan sekitar 1937. NWDI sebagai wadah membangun dan mencetak generasi menjadi kader, bukan sekadar untuk agama, tapi bangsa.
"Sangat visioner ketika pendiri NWDI Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid membuka madrasah pertama dan memberi nama Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah," ucapnya.
Pahlawan Nasional asal NTB tersebut, menurut TGB, merancang tentang nahdlah (persatuan). Tak hanya Islamiyah, tapi juga persatuan negara atau wathaniyah yang menjadi titik tekan.
Lebih jauh, TGB memaparkan, ormas Islam yang lebih dahulu lahir, seperti Syarikat Islam, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Al Irsyad, Persis, Al Wasliyah dan Al Khairat, dalam setiap masa berbeda, namun ormas Islam tak kehilangan orientasi.
"Tak kehilangan arah, mampu beradaptasi dalam situasi, sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Pemerintah memiliki pendekatan yang berbeda," ujar mantan Gubernur NTB dua periode ini.
Hal ini, diakui TGB, sebagai pengamalan yang konkrit dan bagian dari hikmah adalah kemampuan adaptasi positif, sehingga perubahan lingkungan strategis dapat direspons dengan baik.
"Sehingga ormas Islam tetap kontributif dan memberi yang terbaik bagi bangsa dan negara," ujarnya.
Hadir dalam webinar ini, Cendikiawan Muslim Prof H Azyumardi Azra, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof H Nazaruddin Umar, akademisi Prof H Jamaluddin dan Duta Besar Indonesia untuk Turki Dr Lalu Muhammad Iqbal.
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022