Jakarta (ANTARA News) - China berencana membangun empat pabrik di Kalimantan dan Papua dengan total nilai investasi 2,35 miliar dolar Amerika Serikat (AS).Kebutuhan semen pada 2010 di Indonesia mencapai 40,7 juta ton dengan total produksi 37,8 juta ton. Kebutuhan semen pada tahun-tahun mendatang diperkirakan naik antara 7-10 persen.
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerjasama pembangunan pabrik semen itu dilakukan oleh Kementerian Perindustrian yang diwakili oleh Dirjen Basis Industri Manufaktur, Panggah Susanto, dengan konsorsium dari China yang terdiri dari Dirjen Komisi Pengawasan dan Administrasi BUMN Prov Anhui RRT Mr. Xu Chong Xin, Chairman Prosperity Group Mr. Huang Bing Jun, dan Guo Wen San dari Anhui Conch Cement Company Ltd, di Jakarta, Kamis.
Penandatanganan MoU tersebut disaksikan pula oleh Menperin MS Hidayat, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan, dan Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk.
Direktur Industri Kimia Hilir Kementerian Perindustrian, Toeti Rahajoe, sejumlah proyek yang akan dilaksanakan berdasarkan MoU tersebut adalah pabrik semen di Tan Jung, Kalimantan Selatan, dengan kapasitas 6.400 ton klinker/hari.
"Pabrik itu akan dilengkapi penggilingan semen, pelabuhan, dan pembangkit listrik dengan daya 60 MW dan 1x12 MW, serta fasiliras produksi dan pendukung lainnya," ujar Toeti.
Total investasi yang direncanakan, lanjut dia, mencapai 400 juta dolar AS, dengan investasi awal sebesar 250 juta dolar AS.
Pabrik kedua akan dibangun di Tanah Grogot (Paser), Sepinang, Kalimantan Timur, dengan kapasitas 10 ribu ton klinker/hari. Pabrik itu juga dilengkapi penggilingan semen, pelabuhan, dan pembangkit listrik 60 MW serta 1x18MW, serta fasilitas pendukung lainnya dengan investasi 600 juta dolar AS.
Selain itu akan dibangun pula dua pabrik sejenis dengan di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Papua, dengan masing-masing investasi sebesar 600 juta dolar AS dan 750 juta dolar AS.
Sementara itu Menperin MS Hidayat menyambut positif rencana China tersebut, karena investasi pabrik semen tersebut kelak bisa mengantisipasi pertumbuhan permintaan di dalam negeri yang mencapai 7-10 persen.
Pihaknya memperkirakan pada 2015 kebutuhan semen di Indonesia mencapai 55 juta ton, sementara total kapasitas produksi dari sembilan produsen semen nasional mencapai 52 juta ton yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
"Kebutuhan semen pada 2010 di Indonesia mencapai 40,7 juta ton dengan total produksi 37,8 juta ton. Kebutuhan semen pada tahun-tahun mendatang diperkirakan naik antara 7-10 persen," katanya.
Lebih jauh ia menilai rencana investasi China di Indonesia itu merupakan indikasi bahwa asing masih memandang Indonesia sebagai tempat investasi yang kondusif dan berharap China terus meningkatkan investasinya di Indonesia.
"Investasi China saat ini masih tergolong kecil. Oleh karena itu, diharapkan agar China semakin meningkatkan investasi dan menyeimbangkan neraca perjalanan," kata Hidayat.
Pada 2010, lanjut dia, volume perdagangan Indonesia-China mencapai 42,75 miliar dolar AS, di atas target sebesar 30 miliar dolar AS.
Dirjen dari Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset-Aset Milik Negara Provinsi Anhui (mr) Xu Chong Xin mengatakan rencana investasi tersebut merupakan respon atas kunjungan PM Wen Jiabao ke Indonesia pada April lalu, untuk perluasan dan pendalaman kerja sama infrastruktur, energi, dan kerja sama ekonomi lainnya.
Ia mengatakan total investasi awal pihaknya mencapai lebih dari satu miliar dolar AS.
"Jumlah investasi kami di Indonesia akan terus bertambah dan kami bersedia secara aktif menciptakan kondisi yang kondusif , menjalin kerja sama lebih erat, dan bersama-sama melakukan pengembangan sehingga menguntungkan kedua pihak," katanya.
(R016)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011