Letusan gunung berapi Tonga kemungkinan tidak menyebabkan perubahan iklim global, meski abu vulkanik dan hujan asam dapat merusak tanaman dan persediaan air, kata ahli vulkanologi dari Universitas Auckland Prof Shane Cronin pada Senin (17/1).Efek jangka panjang dari letusan gunung berapi terhadap kehidupan laut bisa menjadi signifikan
Ahli vulkanologi Selandia Baru itu yang pernah mengunjungi gunung berapi Hunga-Tonga Hunga-Ha'apai pada November 2015, seperti dilansir Xinhua, Kamis, menjelaskan keunikan fenomena vulkanik tersebut beserta dampaknya.
Menurut sang profesor, dampak paling signifikan sejauh ini adalah gelombang tsunami yang ditimbulkan pada awal erupsi.
Cronin mengatakan dampak dari hujan asam terhadap daerah-daerah yang terdampak seperti Tonga dan sebagian wilayah Fiji timur dapat menjadi serius. Seandainya ada lebih banyak letusan terjadi, dan hujan asam terus berlanjut, tanaman dan pasokan air pun bisa semakin rusak.
Efek jangka panjang dari letusan gunung berapi terhadap kehidupan laut bisa menjadi signifikan, katanya.
Menurut Cronin, serangkaian letusan kecil lebih banyak terjadi di gunung berapi bawah laut tersebut pada tahun 1998, 2009, 2014, 2015 dan bahkan mungkin lebih awal dari itu. Letusan pada Sabtu (15/1), begitu parah karena banyak magma di gunung berapi itu yang menumpuk setidaknya 10 tahun, atau mungkin lebih lama.
Dia juga memperingatkan soal peristiwa tsunami di masa depan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2022