Kementerian Kesehatan RI mendorong peran Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) untuk menganalisa kecenderungan perilaku masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri.rumah sakit kita itu terkonsentrasi di kota-kota besar
"Kenapa masih begitu banyak orang-orang Indonesia berobat ke luar negeri. Sekitar 1 juta penduduk Indonesia berobat ke luar negeri per tahun dan menghabiskan uang negara sekitar 11,5 miliar dolar Amerika(Rp165 triliun)," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI Abdul Kadir saat menyampaikan sambutan dalam Pramuktamar pertama PB IDI secara virtual yang diikuti dari YouTube MEDI Official di Jakarta, Kamis.
Kadir mendorong peran PB IDI untuk menganalisa kecenderungan tersebut melalui Muktamar ke-31 yang dijadwalkan bergulir pada 22-25 Maret 2022 di Aceh.
"Padahal dokter yang ada di Malaysia, Singapura justru alumni universitas di dalam negeri, UI, UNPAD, UGM, justru melayani orang Indonesia di luar negeri," katanya.
Baca juga: Reformasi kesehatan prioritas utama pembangunan, sebut Kemenkes
Baca juga: Reformasi sistem pelayanan kesehatan kunci hadapi pandemi
Jika dilihat berdasarkan perbandingan tempat tidur dengan jumlah populasi penduduk, kata Kadir, Indonesia berada di posisi 1,18. Sedangkan di Asia rata-rata perbandingan antara 1.000 populasi dan jumlah tempat tidur berada pada posisi 3,3.
"Artinya, peluang membangun rumah sakit di Indonesia masih sangat besar. Sayangnya rumah sakit kita itu terkonsentrasi di kota-kota besar. Sedangkan di daerah Maluku, Papua, Irian Jaya dan Kalimantan masih sangat kurang," katanya.
Kadir mengatakan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Undang-Undang Cipta Kerja atau Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja telah memberikan mandat kepada semua investor asing untuk membangun rumah sakit di Indonesia dengan kepemilikan saham sampai 100 persen.
"Jangan heran kalau sekarang ini Indonesia jadi incaran investor asing untuk membangun rumah sakit di Indonesia. Rumah sakit asing akan tumbuh bagai jamur di Indonesia. Tahun ini sudah ada tiga rumah sakit dari Jepang akan masuk Indonesia," katanya.
Baca juga: Muktamar ke-31 IDI jadikan transformasi kesehatan nasional topik utama
Jika dilihat berdasarkan perbandingan tempat tidur dengan jumlah populasi penduduk, kata Kadir, Indonesia berada di posisi 1,18. Sedangkan di Asia rata-rata perbandingan antara 1.000 populasi dan jumlah tempat tidur berada pada posisi 3,3.
"Artinya, peluang membangun rumah sakit di Indonesia masih sangat besar. Sayangnya rumah sakit kita itu terkonsentrasi di kota-kota besar. Sedangkan di daerah Maluku, Papua, Irian Jaya dan Kalimantan masih sangat kurang," katanya.
Kadir mengatakan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Undang-Undang Cipta Kerja atau Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja telah memberikan mandat kepada semua investor asing untuk membangun rumah sakit di Indonesia dengan kepemilikan saham sampai 100 persen.
"Jangan heran kalau sekarang ini Indonesia jadi incaran investor asing untuk membangun rumah sakit di Indonesia. Rumah sakit asing akan tumbuh bagai jamur di Indonesia. Tahun ini sudah ada tiga rumah sakit dari Jepang akan masuk Indonesia," katanya.
Baca juga: Muktamar ke-31 IDI jadikan transformasi kesehatan nasional topik utama
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022