Rakyat Thailand Beri Suara di Pemilu Penting

3 Juli 2011 08:55 WIB
Rakyat Thailand Beri Suara di Pemilu Penting
Yingluck Shinawatra, adik perempuan dari mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra mengangkat tangannya usai menggelar kampanye di Si Saket, Thailand, Rabu (29/6). (REUTERS/Adrees Latif)
Bangkok (ANTARA News/AFP) - Rakyat Thailand melakukan pemungutan suara pada Ahad, dalam pemilihan umum (pemilu) dengan persaingan ketat yang dipandang penting bagi masa depan kerajaan yang secara politik terpecah-belah itu, setelah bertahun-tahun mengalami kebuntuan politik dan protes yang seringkali kali terjadi di jalan.

Pemungutan suara tersebut adalah uji utama pemilihan umum pertama bagi pemerintah sejak pertemuan terbuka besar-besaran oleh oposisi di ibu kota Thailand, Bangkok, pada tahun lalu memicu bentrokan bersaudara paling mematikan di negeri itu dalam beberapa dasawarsa, dan memukul industri penting pariwisatanya.

Pemungutan suara dimulai pukul 08.00 waktu setempat (08.00 WIB) dan ditutup pukul 15.00.

Lebih dari 170.000 polisi dikerahkan untuk melindungi tempat pemungutan suara bagi proses pemilihan umum, yang dapat mengantar kembalinya mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra dan sekutu politiknya.

Mantan jutawan itu, yang digulingkan dalam kudeta militer 2006 dan kini hidup di pengasingan, telah mendukung adik perempuannya untuk mencalonkan diri guna menggantikan dia.

Yingluck Shinawatra (44), wanita pengusaha yang dijagokan oleh banyak orang di Thailand untuk menjadi wanita perdana menteri pertama di Thailand, adalah pendatang baru di kancah politik yang digambarkan oleh Thaksin sebagai "kloning dirinya".

Jajak pendapat menunjukkan ibu satu anak itu memimpin dari calon Partai Demokrat, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva, yang berjuang menyelamatkan karir politiknya setelah kurang dari tiga tahun memangku jabatan.

Thaksin tetap menjadi tokoh yang mengundang perpecahan besar. Ia disayangi oleh jutaan pemilih di pedesaan, tapi dibenci oleh kalangan elit yang memerintah dan dicari dengan tuduhan terorisme sehubungan dengan protes 2010 oleh pendukungnya, kelompok "Baju Merah".

Lebih dari 90 orang, kebanyakan warga sipil, tewas dalam serangkaian bentrokan di jalan antara pemrotes, yang kebanyakan tak bersenjata, dan tentara yang menembakkan peluru aktif.

Lawannya, partai Puea Thai telah mengusulkan pengampunan buat politisi yang sudah divonis bersalah jika partai itu menang sebagai tindakan yang tampaknya bertujuan membawa Thaksin pulang, tempat ia menghadapi hukuman penjara karena korupsi. Hukuman tersebut diputuskan tanpa kehadirannya (in absentia).

Namun, banyak orang ratu elit yang berpusat di Bangkok dalam pemerintah, militer dan lingkaran istana akan mengizinkan orang yang pernah menjadi pemilik klub sepak bolah Manchester City itu akan pulang sebagai orang bebas.

Jika Thaksin berusaha pulang, maka militer mungkin "melancarkan serangan balik", kata akademisi Thailand Pavin Chachavalpongpun, dari Institut Kajian Asia Tenggara di Singapura.

"Jika ia menginjakkan kaki di Thailand, maka militer dapat menuduh dia pulang dan berusaha menciptakan perpecahan di kalangan rakyat Thailand," katanya menambahkan.
(Uu.C003/A011)


Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011