Mbah Maridjan Pesan Labuhan Merapi "Diuri-uri"

3 Juli 2011 13:43 WIB
Mbah Maridjan Pesan Labuhan Merapi "Diuri-uri"
Seorang perempuan mengumpulkan kayu bakar di kawasan Kalitengah Lor,Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, berlatar belakang Gunung Merapi. (ANTARA/ Wahyu Putro A.)
Sleman (ANTARA News) - Abdi Dalem Keraton Yogyakarta Kliwon, Yudho Piranti, yang ikut dalam prosesi Labuhan Merapi, Minggu, mengaku dirinya sempat bermimpi ditemui almarhum juru kunci Merapi, Ki Surakso Hargo atau Mbah Maridjan, yang berpesan dan meminta untuk terus "nguri-uri" atau menjaga dan melestarikan upacara adat ini.

"Saya bermimpi ditemui beliau Mbah Maridjan belum lama ini. Dalam mimpi itu saya dipesan agar terus ikut menjaga dan melestarikan Labuhan Merapi ini, saya diminta untuk terus membantu," katanya di sela prosesi Labuhan Merapi.

Menurut dia, dalam mimpinya itu Mbah Maridjan terlihat lebih segar dan tersenyum sangat ramah.

"Sama seperti keseharian beliau yang selalu murah senyum, hanya saja dalam mimpi saya itu Mbah Maridjan terlihat lebih segar dan seperti bersinar," katanya.

Ia mengatakan, sebelumnya sebagai sesama abdi dalem Keraton Yogyakarta dirinya memang cukup kenal dekat dengan Mbah Maridjan.

"Selain itu saya juga sudah sejak 1980 telah rutin mengikuti upacara Labuhan Merapi seperti ini," katanya.

Menurut warga Dusun Drowo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul ini, dirinya mengikuti upacara labuhan Merapi selain untuk ikut membantu "nguri-uri" budaya yang telah dilakukan sejak Sultan Agung (Hamengku Buwono I) juga untuk ikut mendoakan agar masyarakat Yogyakarta diberi keselamatan dan kesejahteraan.

"Melalui labuhan Merapi ini saya juga merasa bisa lebih dekat dengan alam, sehingga saya juga merasakan getaran-getaran alam maupun pertanda-pertanda alam yang sering muncul dalam mimpi,` katanya.

Ia mengatakan, dirinya pernah bermimpi naik kuda dan ternyata itu merupakan pertanda dirinya akan naik pangkat dalam kedudukannya sebagai abdi dalem Keraton Yogyakarta.

"Saya juga pernah diberi isyarat dalam mimpi berupa ada aliran air, dan ternyata beberapa hari kemudian terjadi banjir," katanya menambahkan. (*)


Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011