• Beranda
  • Berita
  • BMKG: Gempa Sulut akibat adanya deformasi lempeng Laut Maluku

BMKG: Gempa Sulut akibat adanya deformasi lempeng Laut Maluku

22 Januari 2022 12:50 WIB
BMKG: Gempa Sulut akibat adanya deformasi lempeng Laut Maluku
Ilustrasi - Gempa bumi yang tercatat oleh seismometer. ANTARA/Shutterstock/am.

gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik mendatar

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan gempa bumi magnitudo 6,0 yang mengguncang Sulawesi Utara pada pagi ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi lempeng laut Maluku.

Dalam keterangan diterima di Jakarta, Sabtu, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno menjelaskan analisis BMKG menunjukkan gempa itu memiliki parameter yang telah diperbarui magnitudo 6,0 dengan episenter di laut 34 kilometer selatan Kota Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud pada kedalaman 37 kilometer.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi lempeng Laut Maluku. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik mendatar (oblique thrust)," jelas Bambang.

Hasil pantauan BMKG sampai dengan dengan pukul 11.30 WIB memperlihatkan adanya sembilan gempa susulan atau aftershock dengan magnitudo terbesar 4,5.

Baca juga: Gempa magnitudo 6,1 guncang Sulut, tidak berpotensi tsunami
Baca juga: BMKG: Fenomena alam Selat Sunda jadi bencana jika tidak beradaptasi

Guncangan gempa yang terjadi pada Sabtu (22/1) pukul 09.26 WIB itu sendiri dirasakan dalam skala III-IV MMI di Melonguane, dengan getaran dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah.

BMKG sampai berita ini diturunkan telah mendapatkan laporan dampak kerusakan di Desa Pangeran, Pulau Kabaruan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.

Bambang memastikan bahwa lewat hasil permodelan BMKG bahwa gempa itu tidak memiliki potensi tsunami.

Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang serta menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.

"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yg membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," jelasnya.

Baca juga: BNPB: Perlu manajemen pengetahuan untuk bentuk resiliensi bencana

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022