• Beranda
  • Berita
  • China luncurkan studi autisme skala besar terapi transplantasi feses

China luncurkan studi autisme skala besar terapi transplantasi feses

23 Januari 2022 14:55 WIB
China luncurkan studi autisme skala besar terapi transplantasi feses
Seorang terapis berinteraksi dengan anak-anak penyandang autisme dalam sebuah lokakarya musik di Tianjin, China utara, pada 29 Maret 2021. ANTARA/XINHUA/Li Ran/aa.

Studi itu menunjukkan bahwa gangguan mikrobiota usus dapat berperan signifikan dalam perkembangan autisme

China meluncurkan studi berskala besar terkait transplantasi mikrobiota feses (fecal microbiota transplantation/FMT) pada anak-anak penyandang autisme.

Belasan rumah sakit di seantero negeri itu berpartisipasi dalam penelitian tersebut. Saat ini, seperti dilaporkan Xinhua, Minggu, studi itu tengah merekrut keluarga-keluarga yang menjadi sukarelawan.

Pada Juni lalu, Rumah Sakit Rakyat Kesepuluh Shanghai melakukan FMT kepada lebih dari 100 anak penyandang autisme. FMT membantu mengganti beberapa bakteri "jahat" di usus besar dengan bakteri "baik".

Hasil awal menunjukkan bahwa sekitar 60 persen anak autis yang memiliki gejala gastrointestinal mengalami perbaikan gejala yang signifikan usai menjalani transplantasi, dengan kualitas tidur, aktivitas buang air besar, perilaku, dan kemampuan berbahasa yang lebih baik. Perawatan tersebut berlangsung selama empat sesi, dengan periode satu bulan tiap sesinya.

Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang didiagnosis mengidap autisme pada usia tiga tahun menunjukkan suasana hati yang lebih stabil usai menjalani sesi pertamanya. Setelah sesi kedua, logika bicara anak tersebut meningkat signifikan. Setelah sesi keempat, dia menulis dan mengirim kartu ucapan untuk dokternya.

Yang Rong, dokter anak di rumah sakit tersebut, menyampaikan bahwa banyak anak pengidap autisme menderita gejala gastrointestinal seperti sembelit, diare, dan alergi makanan. Studi itu menunjukkan bahwa gangguan mikrobiota usus dapat berperan signifikan dalam perkembangan autisme.

Menurut Yang, rumah sakit itu meluncurkan studi tersebut untuk mengeksplorasi FMT dengan lebih banyak sampel dan tidak menyertakan efek plasebo. Belasan rumah sakit di Shanghai, Shandong, Henan, Hebei, Guangdong, dan Hainan berpartisipasi dalam studi itu.

Para sukarelawan harus berusia tiga hingga 13 tahun dan menunjukkan gejala gastrointestinal seperti diare, sembelit, atau alergi makanan. Gejala yang diderita mereka harus berlangsung setidaknya selama enam bulan dan terjadi dalam kurun waktu tiga bulan terakhir.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2022