Waspadai Kecanduan Facebook pada Anak

5 Juli 2011 18:01 WIB
Waspadai Kecanduan Facebook pada Anak
Ilustrasi Pengguna Facebook (Grafis)
Jakarta (ANTARA News) - Empat dari lima orang tua berpikir anak-anak mereka dapat kecanduan terhadap Facebook, dan sepertiganya berpikir internet itu berbahaya, ungkap hasil sebuah penelitian.

Seperti diwartakan oleh Telegraph bahawa sepertiga orang tua di seluruh Inggris percaya bahwa anak- anak mereka berada dalam bahaya akan internet dan 80 persen berpikir hal itu memiliki kemungkinan untuk menjadi candu terhadap situs-situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook, Ungkap perkiraan sebuah penelitian terbaru.

Hal itu juga menemukan bahwa sepertiga orang tua bahkan mempercayai bahwa web mampu "mengubah" otak seseorang.

Internet Charity The Nominet Trust, yang mengadakan penelitian itu, mengatakan tak ada bukti bahwa jejaring sosial berbahaya bagi diri mereka, dan tak ada bukti yang masuk akal bahwa web mampu mengubah otak.

Facebook dan Twitter yang mereka kira, biasanya dalam kenyataan memperkuat pertemanan yang ada, sementara bermain video games menunjukan memperbaiki koordinasi dan kemampuan memproses secara visual.

Kritikus seperti Baroness Susan Greenfield menyebut di masa lalu pengujian yang teliti dari dampak meningkatnya internet dapat dimiliki oleh anak anak, tetapi belum ada penelitian yang menghasilkan bukti konklusif tentang efek samping yang berbahaya.

Perawatan bagi apa yang disebut sebagai kecanduan internet kini juga ditawarkan di seluruh dunia, meskipun mereka tak secara spresifik terhubung dalam jejaring sosial.

Annika Small, direktur dari Nominet Trust, mengatakan "Nominet Trust percaya bahwa internet sebagai paksaan untuk kebaikan sosial. Ketakutan berlebihan akan penggunaan internet secara potensial membantah manfaatnya bagi mereka yang paling membutuhkan.

"Saya ingin melihat pedebatan baik diantara para pembuat kebijakan, yang berdasarkan penelitian akurat, mengenai  dampak dari penggunaan teknologi interaktif terhadap otak, perilaku dan penampilan remaja tanpa beralih menjadi keresahan para orang tua yaitu menjadi tersubjek dalam basis kebiasaan," katanya.

Penelitian itu juga memperkirakan, bahwa 61 persen dari orang tua tak mempercayai kisah positif mengenai internet, dan mempercayai hal itu itu didanai oleh kelompok kepentingan.(*)
(yud)

Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011